22 Negara Desak Israel Izinkan Bantuan Masuk Gaza
Jakarta, Indonesia —
Sebanyak 22 negara mendesak Israel untuk segera membuka kembali akses penuh terhadap bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Tuntutan ini disampaikan menyusul blokade akses distribusi bantuan oleh Negara Zionis ke wilayah yang dilanda krisis. Desakan itu dituangkan dalam pernyataan bersama yang diteken negara-negara donor, yang mayoritas sekutu Israel.
Daftar negara yang meneken tuntutan itu antara lain Inggris, Australia, Kanada, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Islandia, Irlandia, Italia, Jepang, Swedia hingga Belanda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Israel memblokir bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza selama lebih dari dua bulan,” bunyi pernyataan bersama itu, dikutip AFP, Selasa (20/5).
Dalam pernyataan tersebut, negara donor mengatakan makanan, obat-obatan, dan persediaan penting telah habis, serta penduduk Gaza menghadapi kelaparan.
“Orang-orang Gaza harus menerima bantuan yang sangat mereka butuhkan,” tambahnya.
Pernyataan bersama tersebut dirilis bersamaan dengan laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang menyatakan hanya 9 truk bantuan yang diizinkan Israel memasuki Gaza.
Selain menuntut dibukanya akses bantuan kemanusiaan, para negara donor juga tegas menolak rencana Israel mengganti sistem distribusi bantuan di Gaza.
Mereka juga mendesak Israel memungkinkan PBB dan organisasi-organisasi kemanusiaan lainnya untuk bekerja secara independen dan tidak memihak untuk menyelamatkan nyawa.
“Kami juga menegaskan kembali pesan tegas kami bahwa Hamas harus segera membebaskan semua sandera yang tersisa, dan mengizinkan bantuan kemanusiaan didistribusikan tanpa gangguan,” lanjut pernyataan tersebut.
Aksi keji Israel memblokade bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza telah berlangsung lebih dari dua bulan.
Krisis kemanusiaan di Gaza terus menjadi sorotan dunia internasional. Kecaman pada kebiadaban Israel juga meningkat. Dunia internasional menekan Israel membuka jalur distribusi bantuan kemanusiaan sepenuhnya demi menyelamatkan jutaan jiwa yang terjebak dalam kondisi darurat.
(pta)