4 Calon Kuat Penerus Paus Fransiskus, Ada dari Tetangga RI



Kepergian mendiang Paus Fransiskus pada Senin (21/4) mulai memunculkan pertanyaan soal siapa yang akan menjadi penerus pemimpin umat Katolik dunia selanjutnya.

Sejumlah nama kardinal pun mulai mencuat dan dianggap menjadi calon kuat penerus Paus Fransiskus.

Beberapa nama ini bakal menorehkan sejarah jika terpilih menggantikan Paus Fransiskus lantaran berasal dari Kawasan Asia hingga Afrika.

Berikut tiga nama kardinal yang digadang-gadang kuat bakal menjadi penerus Paus Fransiskus sebagai pemimpin umat Katolik hingga Vatikan.

Luis Antonio Tagle menjadi salah satu kandidat unggulan dalam bursa pemilihan penerus Paus Fransiskus saat ini. Pria berasal dari Filipina ini pun berpotensi menjadi paus Asia pertama dalam sejarah

Kardinal berusia 67 tahun ini cukup populer di kalangan kaum progresif dalam Gereja Katolik.

Ia bahkan dijuluki “Fransiskus dari Asia” karena pembawaannya yang hangat dan pandangan yang progresif seperti mendiang Paus Fransiskus yang dianggap reformis gereja.

Kardinal Tagle juga terkenal akan kesederhanaannya seperti mendiang Paus Fransiskus. Ia diketahui tinggal di seminari di Filipina selama 20 tahun dan menempati kamar tanpa AC atau televisi.

Bahkan setelah diangkat menjadi uskup, ia menolak menggunakan mobil dinas dan memilih naik bus atau jeepney untuk bekerja.

Edward Pentin, pakar Vatikan dan penulis buku The Next Pope: The Leading Cardinal Candidates, bahkan menuturkan Kardinal Tagle adalah salah satu favorit Paus Fransiskus untuk menggantikannya.

“Kardinal Tagle menjabat sebagai kepala dikasteri baru yang sangat penting untuk evangelisasi gereja. Ia kandidat yang cukup kuat. Dan usianya masih tergolong muda,” ucap Pentin seperti dikutip The Telegraph.

Namun, usianya itu juga bisa menjadi penghalangnya terpilih menjadi penerus Paus Fransiskus. Sebab, para kardinal cenderung berhati-hati memilih paus yang masih relatif muda karena masa kepemimpinannya bisa berlangsung puluhan tahun.

Pemilihan Paus yang relatif muda dianggap bisa menghambat peluang para kardinal lain untuk terpilih menjadi paus.

Peter Turkson penasihat Paus

Seorang penasihat kunci Paus Fransiskus dalam isu-isu seperti perubahan iklim dan keadilan sosial, Kardinal Peter Turkson dianggap menjadi calon kuat pemimpin umat Katolik dunia yang baru.

Lahir di Ghana, Turkson bisa menorehkan sejarah sebagai paus kulit hitam pertama jika terpilih.

Kardinal berusia 76 tahuun ini diangkat menjadi Uskup Agung Cape Coast oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1992. Sebelas tahun kemudian, Turkson diangkat menjadi kardinal pertama dalam sejarah negara Afrika Barat tersebut.

Kariernya terus menanjak di bawah kepemimpinan penerus Yohanes Paulus II, yakni Paus Benediktus XVI.

Paus Benediktus XVI pun memanggil Turkson ke Vatikan pada 2009 dan menjadikannya kepala Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. Lembaga itu mempromosikan keadilan sosial, hak asasi manusia, dan perdamaian dunia.

Dalam jabatannya itu, Turkson menjadi salah satu penasihat terdekat Paus dalam isu-isu seperti perubahan iklim, dan menarik perhatian luas dengan kehadirannya di berbagai konferensi internasional, termasuk Forum Ekonomi Davos.

Pada 2016, Paus Fransiskus menggabungkan departemen yang dipimpin Kardinal Turkson dengan tiga kantor lainnya. Sebagian pihak menganggap langkah penggabungan departemen ini memicu perebutan pengaruh antara Turkson dan seorang kardinal lainnya.

Kardinal Turkson pun akhirnya mengundurkan diri dari jabatan tersebut pada 2021 dan kemudian ditunjuk untuk memimpin dua akademi kepausan bidang ilmu pengetahuan dan ilmu sosial.

Pada 2023, dalam wawancara dengan BBC, Turkson  mengaku berdoa agar tidak terpilih menjadi paus. Namun, sebagian pengkritiknya menilai Turkson sedang berkampanye untuk jabatan tertinggi di Gereja Katolik itu melihat intensitasnya tampil di media yang begitu sering.

Peter Erdo dari Hungaria

Dari kalangan konservatif, muncul nama Peter Erdo, seorang kardinal asal Hungaria dan Uskup Agung Esztergom-Budapest sebagai calon kuat pengganti Paus Fransiskus.

Menurut Pentin, Erdo adalah kandidat kuat dari sayap konservatif Gereja. Ia menilai banyak yang menyukai kardinal berusia 72 tahun ini karena ia ahli dalam hukum kanon dab sangat mahir soal hukum Gereja.

“Banyak umat Katolik merasa bahwa Gereja perlu dikembalikan dari kondisi seperti ‘tanpa hukum gerejawi’ yang berkembang di masa kepemimpinan Paus Fransiskus. Erdo dianggap sebagai sosok yang aman dan bisa dipercaya,” ujar Pentin.

Secara teologis, Erdo berpandangan konservatif. Dalam berbagai pidatonya di Eropa, ia menekankan akar kekristenan di benua tersebut.

Namun demikian, ia juga dinilai pragmatis dan tidak pernah secara terbuka berselisih dengan Paus Fransiskus, berbeda dengan beberapa rohaniwan tradisionalis lainnya.

Meski begitu, ia sempat menarik perhatian di Vatikan pada krisis migran 2015 lalu. Saat itu, Erdo memiliki pandangan yang berseberangan dengan seruan Paus Fransiskus agar gereja-gereja menerima para pengungsi.

Erdo menyatakan bahwa hal itu bisa dianggap sebagai bentuk perdagangan manusia, pernyataan yang tampak sejalan dengan pandangan nasionalis Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban.

Pietro Parolin dari Italia

Sekretaris Negara Vatikan sekaligus perdana menteri de facto Vatikan, Pietro Parolin, juga dianggap sebagai salah satu kandidat terkuat pengganti paus.

Namanya semakin dikenal selama perang Ukraina, ketika Vatikan mencoba memosisikan diri sebagai pihak penengah netral yang dapat menjembatani dialog antara Kyiv-Moskow untuk mengakhiri konflik.

Thomas Reese, seorang imam Katolik asal Amerika Serikat dan penulis buku ‘Inside the Vatican’ pernah mengatakan Parolin “adalah diplomat yang sangat kompeten”. 

Parolin dianggap menjadi otak di balik diplomasi internasional Paus Fransiskus selama ini yang hampir tidak pernah melakukan kesalahan.

[Gambas:Photo ]

Namun, reputasinya sedikit tercoreng akibat skandal properti yang menyebabkan Vatikan merugi jutaan euro dalam pembelian gedung bekas showroom Harrods di London, Inggris.

“Akan ada pertanyaan apakah ia tidak kompeten atau terlalu memberikan wewenang kepada bawahannya. Apa pun itu, ada sesuatu yang salah, dan ia adalah pemimpinnya. Proses persidangan masih berlangsung, dan ini bisa membayangi peluang kepausannya,” ujar Pastor Reese.

Kandidat lainnya

Selain keempat kardinal di atas, sejumlah pihak juga menyebut beberapa nama-nama berikut ini yang dianggap tak kalah cocok menjadi pemimpin baru umat Katolik.

Kardinal Jose Tolentino Calaca de Mendonca muncul sebagai kandidat kuat lainnya mengganti Paus Fransiskus yang berasal dari kaum progresif Gereja. Kardinal asal Pulau Madeira, Portugal, ini ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai kepala departemen untuk budaya dan pendidikan.

Dari Italia, muncul nama Kardinal Matteo Zuppi yang merupakan Uskup Agung Bologna, sebagai calon kuat penerus Paus Fransiskus. Ia juga dianggap sebagai sosok progresif dan dekat dengan Paus Fransiskus.

Masih di kawasan Eropa, Kardinal Mario Grech asal Malta, yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sinode para Uskup, juga dianggap memiliki peluang cukup baik untuk menduduki posisi tertinggi di Gereja Katolik ini.

Grech juga dikenal dekat dengan Paus Fransiskus, namun memiliki kecenderungan konservatif, menjadikannya kandidat kompromi yang dapat diterima berbagai kalangan.

Dari Afrika, ada nama Kardinal Robert Sarah asal Guinea yang juga turut digadang-gadang menjadi kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus. Ia dikenal karena kritiknya terhadap ideologi gender dan penolakannya terhadap radikalisme Islam.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *