7 Perempuan Paling Berani di Dunia versi IWOC AS



Jakarta, Indonesia —

Belum lama iniĀ Amerika Serikat memberi penghargaan terhadap perempuan paling berani di seluruh dunia, mulai dari petugas kesehatan hingga hakim.

Penghargaan International Women of Courage Award (IWOC) di bawah naungan Kementerian Luar Negeri AS, dipersembahkan untuk mereka yang menunjukkan keberanian, kekuatan dan kepemimpinan yang luar biasa bergerak di bidang hak asasi manusia, perdamaian dan transparansi pemerintah.

“Seringkali perempuan yang memimpin tuntutan hak asasi manusia, demokrasi dan keadilan, termasuk di tempat-tempat di mana jumlah perempuan kurang dari setengah di politik, ekonomi dan sosial,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Anthony Blinken, seperti dikutip dalam laman resmi mereka.

Blinken lalu berujar, “Itulah sebabnya persamaan hak dan martabat perempuan adalah prioritas kebijakan luar negeri Amerika Serikat.”

Berikut deret perempuan yang paling berani di dunia versi Amerika Serikat

1. Nakes Venezuela, Ana Rosario Contreras

Ana Rosario adalah presiden Asosiasi Perawat Caracas. Ia telah berada di garis depan dalam memperjuangkan hak-hak profesional perawatan kesehatan, pasien, dan serikat pekerja.

Aktivisme sengit Ana menghasilkan dukungan luas dari rakyat Venezuela dan menjadi pusat gerakan sipil-politik. Gerakan ini juga mendorong perubahan demokratis.

Ana Rosiario membela hak-hak warga negara dengan risiko yang besar di tengah represifitas pemerintah Venezuel yang secara rutin memenjarakan, menyiksa, melecehkan, mengancam, atau membatasi pergerakan lawan-lawannya.

Perempuan itu juga mengadvokasi hak-hak buruh untuk memastikan Nakes menerima subsidi melalui program Pahlawan Kesehatan Presiden Sementara Juan Guido.

2. Aktivis Perdamaian Myanmar Phyoe-Phyoe Aung

Phyoe-Phyoe Aung adalah salah satu pendiri Wings Institute for Reconciliation, sebuah organisasi yang memfasilitasi pertukaran antara pemuda dari kelompok etnis dan agama yang berbeda.

Ia disebut pemimpin baru yang kemungkinan akan memainkan peran dalam membentuk negara di tahun-tahun mendatang.

Phyoe Aung mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi dan memungkinkan dialog penting tentang federalisme dan keadilan transisional.

Pada 2015, dia mengorganisir pawai protes tahun dari Mandalay ke Yangon. Namun ia menghadapi kekerasan dari Kepolisian Myanmar saat menujuku Yangon.

Phyoe Aung serta sang suami kemudian ditangkap dan dipenjarakan. Ia lalu dibebaskan pada 2016 usai menjadi tahanan politik selama 13 bulan.

3. Aktivis HAM Kamerun, Maximilienne C Ngo Mbe

Maximilienne C. Ngo Mbe telah menunjukkan kepemimpinan, keberanian, dan ketekunan yang luar biasa melalui kesulitan dalam mempromosikan hak asasi manusia di Kamerun dan Afrika Tengah.

Dia sering mengorbankan keselamatan pribadinya, dalam mendorong solusi damai untuk krisis di Kamerun.

Maximiliene juga menyerukan diakhirinya pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan separatis, Fart North, dan pasukan keamanan di wilayah Barat Laut dan Barat Daya.

Perempuan itu juga melawan meningkatnya pembatasan untuk masyarakat sipil, jurnalis, dan oposisi politik oleh Pemerintah Kamerun.


Wang Yu hingga Shohreh Bayat


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *