8 Negara Deteksi Covid Omicron hingga 12 Negara Tutup Pintu



Jakarta, Indonesia —

Sejumlah kabar meramaikan berita internasional akhir pekan, mulai dari delapan negara mendeteksi Covid-19 varian Omicron hingga 12 negara menutup pintunya untuk mencegah penyebaran jenis baru virus corona tersebut.

1. 8 Deret Negara yang Deteksi Kasus Covid-19 Varian Omicron

Hingga Minggu (28/11), tercatat delapan negara sudah melaporkan temuan kasus Covid-19 varian Omicron yang disebut-sebut lebih menular ketimbang jenis virus corona lainnya.

Varian ini pertama kali ditemukan di Botswana. Tak lama setelah itu, Afrika Selatan juga melaporkan kasus Covid-19 varian Omicron.

Setelah itu, Hong Kong, Israel, Inggris, dan tiga negara Eropa lainnya, yaitu Italia, Jerman, dan Belgia juga melaporkan kasus Covid-19 varian Omicron.

Dalam rapat pada Jumat lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan Omicron ke dalam kategori variant of concern.

[Gambas:Video ]

2. 12 Negara Tutup Pintu dari Afrika Imbas Varian Omicron

Akibat kemunculan Covid-19 varian Omicron, sejumlah negara menutup pintunya bagi pendatang dari negara-negara Afrika.

Virus ini memang pertama kali ditemukan di kawasan Afrika, tepatnya di negara Botswana. Setelah itu, Omicron menyebar di Afrika Selatan.

Tak lama setelah Afsel mengumumkan temuan kasus tersebut, Inggris langsung menutup pintunya bagi pendatang dari sejumlah negara Afrika.

Setelah itu, Israel, Jerman, Australia, Amerika Serikat, Brasil, Bahrain, Thailand, Kanada, Singapura, Kuwait, dan Mauritius juga mengambil langkah serupa.

[Gambas:Video ]

3. Taliban Akan Izinkan Perempuan Afghanistan Kuliah

Selain berita mengenai Covid-19, kabar dari Affghanistan juga masih menjadi perhatian. Pada akhir pekan, Taliban mengklaim bakal mengizinkan perempuan berkuliah.

“Warga Afghanistan akan melanjutkan pendidikan tinggi mereka di bawah hukum syariah dengan aman tanpa berada dalam lingkungan campuran antara perempuan dan laki-laki,” kata Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan, Abdul Baqi Haqqani, Minggu (28/11), seperti dikutip AFP.

Tak hanya itu, Haqqani menyampaikan bahwa Taliban ingin menciptakan kurikulum sesuai dengan nilai Islam yang mereka pegang, juga nilai nasional dan historis Afghanistan. Ia juga menyatakan Taliban ingin membuat kurikulum pendidikan yang dapat bersaing dengan negara lain.

Meski demikian, para staf di universitas menyatakan bahwa Taliban membatasi keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan.

“Kementerian pendidikan tinggi Taliban hanya berkonsultasi dengan guru dan siswa laki-laki dalam menjalankan universitas,” kata seorang dosen perempuan yang bekerja di Universitas Afghanistan di pemerintahan sebelumnya.

Menurutnya, tindakan itu menunjukkan “pencegahan sistematis partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan” dan “kesenjangan antara komitmen dan tindakan Taliban.”

(has)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *