Produsen Jepang Respons Situasi Darurat Kendaraan Listrik di RI



Jakarta, Indonesia —

Pabrikan otomotif Jepang merespons pemerintah Indonesia, yang melalui Kementerian Perhubungan yang mengaku belum siap atas situasi darurat pada kendaraan listrik.

Situasi darurat yang dimaksud berkaitan dengan teknis dari kendaraan listrik saat berpotensi terbakar, bahkan meledak, atau terjadi kebocoran listrik.

Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director Honda Prospect Motor (HPM) menilai untuk urusan kendaraan listrik, semua memang harus dilakukan secara tepat dan perlu disesuaikan kebutuhan konsumen dan infrastruktur yang tersedia.

“Setiap teknologi baru memang perlu selalu disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dan infrastruktur yang tersedia,” kata Billy melalui pesan singkat, Kamis (2/11).

Ia menjelaskan penerapan elektrifikasi di Indonesia juga perlu dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan konsumen dan infrastrukturnya. Sehingga ke depan, teknologi kendaraan listrik akan benar- benar dirasakan manfaatnya.

“Namun kami juga percaya bahwa pemerintah juga telah menyiapkan langkah-langkah yang tepat dalam menerapkan elektrifikasi di Indonesia yah,” kata dia.

Di samping itu Direktur Marketing Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmy menuturkan bila setiap produk kendaraan listrik membutuhkan ekosistem lengkap.

“Tidak hanya produk dan servis tapi juga charging, bahkan sampai ke battery recycle,” kata dia.

Lebih lanjut, ia mengaku siap jika diminta memberi masukan terhadap siapapun, termasuk pemerintah, terkait situasi darurat pada kendaraan listrik.

“Untuk emergency respond, saya sudah cek, masing-masing model mobil termasuk produk elektrifikasi, sudah ada guidance nya dari TMC. Tentu kami bida sharing dengan instansi terkait yang membutuhkan,” kata Anton.

Pemerintah sebelumnya menyatakan belum siap jika harus menghadapi situasi darurat pada kendaraan listrik. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub Mohammad Risal Wasal.

“Kami belum siap tanggap darurat terhadap kendaraan listrik itu yang belum kita siapkan,” kata Risal dalam diskusi pada pameran kendaraan listrik IEMS 2021, dikutip Selasa (30/11).

Risal menjelaskan sejumlah situasi darurat yang mungkin dialami kendaraan listrik, yaitu pada bus listrik terbakar atau terjadi kebocoran listrik.

“Bus listrik kalau kebakar atau ada bocor listrik seperti apa, tiba-tiba melalui banjir, maksimum tinggi air gimana, kami belum punya tangap darurat itu,” ujar Risal.

Berdasarkan hal tersebut, ia mengatakan perlunya sinergi mulai dari pemangku kepentingan hingga para peneliti. Hal ini diperlukan agar semua permasalahan penting pada mobil listrik, terutama urusan keselamatan bisa terjawab.

“Makanya kita harus punya sinergi tingkat tinggi,” ujarnya.

(ryh/fjr)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *