3 Kebiasaan yang Buat Anak Obesitas


Jakarta, Indonesia —

Sejumlah kebiasaan bisa membuat anak mengalami obesitas. Perbaiki kebiasaan yang buat anak obesitas.

Berdasarkan indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, sebanyak 18,8 persen anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan 10,8 persen mengalami obesitas. Dari data global, ada sekitar 300 juta orang mengalami obesitas dan 20 persen di antaranya anak usia 5-12 tahun.

“Kalau kita lihat, 20 persen ini berarti 1 dari 5 anak usia 5-12 tahun mengalami obesitas. Diperkirakan angka ini meningkat sampai 60 persen di 2030. Penyebabnya multifaktor. Bisa jadi anak-anak kita banyak bermain gadget, tanpa banyak bergerak. Hanya tangan, jempol yang gerak. Pola makan kurang sehat juga, kan harusnya seimbang,” kata Plt Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan Elvieda Sariwati dalam webinar beberapa waktu lalu.

Perhatikan kembali kebiasaan anak Anda agar terhindar dari obesitas. Obesitas dapat meningkatkan risiko pada sejumlah penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker. Sebaiknya mulai perbaiki kebiasaan-kebiasaan anak di rumah.

Berikut kebiasaan yang buat anak obesitas:

1, Anak kurang aktivitas fisik




ilustrasi anak dan gadgetKebiasaan yang buat anak obesitas adalah kurang aktivitas fisik. (Foto: Istockphoto/ Ridvan_celik)

Sebelum pandemi, anak bebas bermain di luar rumah. Bahkan orang tua tidak segan mengajak anak berolahraga bersama tiap akhir pekan. Saat pandemi situasi kini berubah, mobilitas di luar rumah terbatas.

Menurut dokter spesialis anak dan konselor laktasi di RS Pondok Indah, Puri Indah, Jeanne-Roos Tikoalu, kurang aktivitas fisik berperan dalam memupuk kelebihan berat badan atau obesitas pada buah hati.

“Apalagi di masa pandemi yang belum selesai, anak lebih sering berada di dalam rumah dengan banyak aktivitas indoor seperti menonton TV, bermain gawai sambil mengonsumsi es krim, bakso, pizza dan lain-lain,” kata Jeanne-Roos via surat elektronik kepada Indonesia.com, Kamis (11/11).

2. Jajan

Harus diakui membeli makanan dari layanan pesan-antar ojek daring memang mudah dan menyenangkan. Namun di balik kemudahan ini, tersimpan aneka makanan yang tinggi kalori. Tidak jarang, anak pun turut kebiasaan orang tua mengonsumsi makanan tinggi kalori terutama makanan yang dibeli.

“Tanpa disadari orang tua biasa memberi asupan makanan dengan kalori berlebih, misalnya, burger dengan daging sapi, yang diberi keju serta dilumuri susu kental manis. Hal itu dapat membuat anak mengalami kelebihan berat badan bahkan obesitas,” kata Jeanne-Roos.

3. Kurang nilai gizi

Orang tua merasa sudah memberikan yang terbaik buat anak mulai dari makan cukup sampai pemenuhan kebutuhan vitamin demi daya tahan tubuh. Hanya saja, kata Jeanne-Roos, orang tua kurang memahami pemenuhan gizi seimbang buat anak. Padahal makan tidak boleh asal kenyang.

Asupan makanan harus memenuhi kebutuhan gizi termasuk makronutrien dan mikronutrien. Ada tiga sesi makan besar atau makan utama dengan makan selingan biasanya satu atau dua kali.

Makan selingan atau snacking tidak boleh sampai mengganggu makan utama. Kerap terjadi anak diberi camilan tinggi gula sehingga malas mengonsumsi makanan utama. Akibatnya, kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi.

Itulah kebiasaan yang buat anak obesitas.

(els/ptj)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *