Erupsi, PVMBG Belum Akan Naikkan Status Waspada Gunung Semeru



Jakarta, Indonesia —

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andiani mengatakan, pihaknya belum akan meningkatkan status Gunung Semeru pascaerupsi yang terjadi Sabtu (4/12).

“Status waspada Gunung Semeru sudah ditetapkan sejak 12 Mei 2012, dan status ini belum kami rasa untuk ditingkatkan, tapi belum kami rasa juga diturunkan,” kata Andiani dalam konferensi pers secara virtual di kanal Youtube Kementerian ESDM, Senin (6/12).

Berdasarkan catatan PVMBG, setiap hari ada letusan atau erupsi dengan jumlah rata-rata 25 kejadian. Namun, erupsi 4 Desember lalu merupakan yang terbesar dalam beberapa waktu terakhir.

Andiani menjelaskan, pihaknya terus memantau potensi erupsi Gunung Semeru. Ia mengatakan, potensi erupsi itu terjadi karena ada pergerakan energi dari dalam gunung.

“Potensi erupsi terjadi karena ada pergerakan energi dari dalam gunung, ada pergerakan magma. Salah satunya itu bisa gas, material-material, sehingga proses itu sangat dipengaruhi dari dalam,” tuturnya.

Diketahui, guguran awan panas di Gunung Semeru kembali terjadi hari ini atau Senin (6/12). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat, guguran awan panas tersebut terjadi sebanyak dua kali.

“Jadi, dari jam 12 malam hingga jam 12 siang, kami terus melakukan pengamatan, bukan hanya Gunung Semeru tapi juga gunung api di Indonesia. Sepanjang Senin hingga pukul 12 siang sudah terjadi dua kali guguran awan panas,” kata Andiani .

Andiani menjelaskan, dua peristiwa tersebut dengan jarak luncur 3-4 kilometer.

“Kami menyarankan agar warga untuk menghindari daerah ancaman guguran panas,” ucapnya.

Berdasarkan data di Magma Indonesia, erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Senin (6/12) terjadi sebanyak dua kali. Pertama, yaitu pada pukul 07.53 WIB. Visual letusan tidak teramati. Selain itu, erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi 240 detik.

Erupsi kedua pada pukul 08:55 WIB. Visual letusan tidak teramati. Adapun erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 480 detik.

Andiani menyebut bahwa potensi awan panas guguran masih berpeluang terjadi. Oleh karena itu, tim PVMBG Badan Geologi dari Bandung diberangkatkan ke lokasi Pos Pemantauan Gunung Api Semeru.

“Menjelang guguran awan panas ini, kami memiliki alat yang mencatat getaran. Dari situ disampaikan ke Whatsapp Group dan disampaikan ke masyarakat,” ungkapnya.

Selain guguran awan panas, masyarakat juga diminta untuk mewaspadai adanya potensi banjir lahar dingin yang terjadi dari erupsi Gunung Semeru. Hal itu mengingat pada puncak gunung ini masih terdapat material yang bisa keluar suatu waktu.

“Puncak gunung masih ada material gunung api. Terkait dengan curah hujan yang masih cukup tinggi selama 1-2 bulan tentu potensi lahar masih tinggi yang mengancam Semeru,” kata Andiani.

[Gambas:Video ]

Sementara itu, Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Lumajang, Kepala BMKG dan BPBD Lumajang terkait langkah antisipasi ke depan. Salah satunya menyampaikan peta kawasan rawan bencana (KRB) agar menjadi panduan upaya mitigasi dampak erupsi Gunung Semeru.

“Dengan kondisi saat ini, ada masyarakat yang terdampak erupsi memerlukan data dan jalur evakuasi atau mengungsi ke daerah yang aman. Peta KRB ini akan ditindaklanjuti bupati sebagai upaya penyelamatan warga. Selain itu, kita juga sudah melihat lokasi yang terdampak erupsi dan lokasi pengungsian,” tuturnya. (hyg)

(dmi, hyg/kid)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *