Kemenkes Tegaskan Prokes Hingga Vaksinasi Penting Cegah Varian Omicron
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menegaskan pemerintah masih terus memantau perkembangan virus Covid-19 varian baru Omicron.
Menurutnya, disiplin protokol kesehatan, vaksinasi, hingga deteksi dini menjadi menjadi sebuah keharusan dalam mencegah varian Omicron. Sebab ketiganya berperan penting dalam upaya pengendalian pandemi yang dilakukan pemerintah.
Prokes, menurut Nadia, sangat wajib dipatuhi masyarakat. Sebab prokes menjadi dasar pencegahan masuknya virus.
“Kalau prokes dilakukan, dapat mencegah virus menemukan inang baru untuk berkembang,” tutur Nadia Dalam Dialog Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, Selasa (7/12).
Sedangkan vaksinasi, menurut Nadia, selain mencegah sakit parah juga akan menekan jumlah populasi virus.
“Bila semua sudah divaksinasi, kita akan punya benteng kekebalan yang bisa menjaga kita dari varian baru dari luar negeri maupun munculnya varian baru di dalam negeri,” papar Nadia.
World Health Organization atau WHO menyatakan varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali ditemukan di Benua Afrika pada 24 November 2021. Hanya dua hari sesudahnya, varian ini telah dikategorikan sebagai variant of concern.
Omicron disebut sebagai salah satu yang sangat cepat dalam penularan dan di berbagai negara, penelitian terus dilakukan untuk mempelajari varian baru ini.
“Jumlah negara yang melaporkan sudah hampir 45 negara, jadi sangat cepat penyebarannya,” ujar Nadia.
Ia juga menjelaskan bahwa di beberapa negara tersebut, terdapat kasus di mana orang yang terinfeksi tidak memiliki riwayat perjalanan luar negeri. Karena itu Nadia mengingatkan, bahwa sejalan dengan pengetatan pintu masuk, masyarakat di dalam negeri juga harus tetap waspada.
Di sisi lain, Nadia menyebut, meski laju penularan rendah, namun varian Delta yang mendominasi virus Covid-19 di Indonesia masih terus bermutasi. Setidaknya 23 varian turunan telah teridentifikasi.
“Artinya upaya pengendalian seperti disiplin prokes, vaksinasi dan deteksi dini adalah keharusan,” tambahnya.
Hal tersebut juga ditegaskan oleh Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga, Windhu Purnomo yang mengatakan apapun varian virusnya, masyarakat diharapkan menerapkan 100 persen menerapkan prokes dan melengkapi vaksinasi sebagai upaya pencegahan.
Windhu menjelaskan, Omicron memunculkan gejala yang kurang lebih sama, yakni seperti influenza pada umumnya, yang membedakan adalah tempat mutasinya.
Cara penularan juga tidak jauh berbeda, yaitu melalui droplet dan bisa sebagai airborne (penyakit yang menyebar lewat udara) di tempat tertutup.
“Jadi prokes tetap nomor satu untuk mencegah tertular atau menulari orang lain, dan mencegah terjadinya mutasi baru. Kalau ingin mencegah mutasi, jangan sampai terjadi transmisi,” ucapnya.
Di kesempatan yang sama, Deputi Eksternal Junior Doctors Network (JDN) Indonesia, Makhyan Jibril menambahkan bahwa selain prokes dan vaksinasi, sangat penting juga untuk membiasakan hidup sehat.
Menghadapi ancaman varian virus baru, Jibril meminta masyarakat untuk tidak panik. Dia menyarankan ebaiknya masyarakat bertindak rasional dengan cara menerapkan prokes serta melengkapi vaksinasi, khususnya percepatan vaksinasi lansia.
“Ujian terbesar new normal adalah akhir tahun ini. Kalau kita bisa melewati ujian ini, semoga situasi terkendali ini bisa dipertahankan,” tuturnya.
(osc)