Swiss Disebut Izinkan Mesin Bantu Eutanasia



Jakarta, Indonesia —

Swiss dilaporkan mengizinkan penggunaan mesin kapsul berbentuk peti untuk membantu orang yang ingin melakukan eutanasia atau tindakan mengakhiri hidup secara sengaja.

Philip Nitschke, direktur organisasi nirlaba yang mengembangkan mesin kapsul tersebut, Exit International, mengatakan bahwa pihaknya tak mendapati masalah hukum untuk mengoperasikan produk mereka tersebut.

“Tidak ada sama sekali masalah hukum,” kata dia kepada Swiss Info, sebagaimana dilansir The Independent.

Sementara itu, pembahasan dengan berbagai kelompok terkait penyediaan alat bernama Sarco ini juga masih berlangsung di Swiss.

“Terlepas dari kesulitan yang ada, kami harap Sarco siap digunakan tahun depan di Swiss. Itu proyek sangat mahal sejauh ini, tapi kami yakin sebentar lagi akan diberlakukan,” ucap dia.

Mesin Sarco, kepanjangan dari sarkofagus, beroperasi dengan cara mengurangi tingkat oksigen dalam mesin hingga ke level kritis. Proses itu akan berlangsung kurang dari satu menit.

Kematian akan terjadi akibat hipoksia dan hiperkapnia, yang membuat orang meninggal dengan cara relatif tenang dan tanpa rasa sakit.

Sarco dirancang dengan tujuan agar pengguna bisa menarik mesin itu ke lokasi yang diinginkan, seperti tempat indah. Kapsul mesin itu kemudian dapat berfungsi sebagai peti mati.

Saat ini, Exit International baru punya dua prototipe mesin Sarco. Mereka berencana mencetak mesin ketiga menggunakan alat cetak 3D yang diharapkan bisa dioperasikan tahun depan.

Meski demikian, Sarco menghadapi tantangan dari kelompok yang menolak eutanasia. Sebagian dari mereka protes karena metode yang digunakan.

“Gas mungkin menjadi metode yang tak bisa diterima untuk membantu bunuh diri di Eropa karena konotasi negatif dari Holocaust. Beberapa bahkan mengatakan bahwa itu hanya kamar gas yang diagungkan,” kata Nitschke kepada Independent pada 2018 lalu.

Bantuan untuk bunuh diri sendiri sudah legal di Swiss. Pada 2020, sekitar 1.300 orang menggunakan jasa organisasi eutanasia, Dignitas dan Exit.

[Gambas:Video ]

Kedua layanan itu menggunakan obat barbiturat cair yang bisa dicerna. Obat itu menyebabkan koma dalam dua hingga lima menit, hingga pengguna akhirnya meninggal.

Sarco juga menuai kritik karena desain yang futuristik. Beberapa orang menilai mesin itu mengagungkan bunuh diri, serta aplikasi realitas virtual (VR) yang memungkinkan orang mengalami kematian virtual mereka sendiri.

Pengalaman VR itu pernah ditampilkan di gereja Westerkerk di Amsterdam saat Funeral Expo 2018 lalu. Insiden itu memicu kekhawatiran dari dewan gereja.

“Westerkerk tidak akan pernah mendukung orang dengan menawarkan peralatan seperti yang dipromosikan oleh dokter Nitschke,” kata presiden dewan gereja Westerkerk, Jeroen Kramer.

Masalah depresi jangan dianggap enteng. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, Anda disarankan menghubungi pihak yang bisa membantu. Misalnya, Komunitas Save Yourselves melalui Instagram @saveyourselves.id, Yayasan Sehat Mental Indonesia melalui akun Line @konseling.online, atau Tim Pijar Psikologi https://pijarpsikologi.org/konsulgratis.

(isa/has)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *