WHO Sebut 2 Negara Masih Belum Mulai Vaksinasi Covid
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan hingga kini masih ada dua negara di dunia yang belum juga memulai program vaksinasi Covid-19 terhadap warganya.
Direktur Jenderal WHO,Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan kedua negara itu adalah Eritrea dan Korea Utara.
“Semua negara sudah memulai vaksinasi kecuali dua negara: Eritrea dan Republik Demokratik Korea (Korea Utara),” ujar Tedros saat konferensi pers pada Senin (15/11).
“Hampir semua negara punya pasokan vaksin yang cukup di tangan mereka, tapi mereka (Korut dan Eritrea) memerlukan dosis-dosis itu,” papar Tedros.
Pernyataan Tedros itu diucapkan menyusul lonjakan Covid-19 yang dihadapi beberapa negara, terutama di kawasan Eropa.
WHO melaporkan kenaikan infeksi Covid-19 di Eropa pada pekan lalu menjadi yang tertinggi dibandingkan kawasan lainnya yakni mencapai 2 juta kasus.
Sementara itu, angka kematian Covid-19 di Eropa juga mencapai 27 ribu selama sepekan terakhir, melebih setengah kasus kematian global dalam rentang waktu yang sama.
Menurut Tedros, kasus Covid-19 melonjak di beberapa negara Eropa Timur yang tingkat vaksinasinya rendah dan di sejumlah wilayah Eropa Barat dengan vaksinasi yang tinggi.
Dalam pernyataannya, Tedros juga berulang kali menegaskan lagi soal penyebaran vaksin Covid-19 yang tidak merata. Beberapa negara, terutama negara maju, bisa membeli pasokan vaksin yang cukup mengimunisasi hampir seluruh warganya.
Sementara itu banyak negara yang masih kekurangan dosis vaksin, terutama di Afrika.
Tedros pun kembali menegaskan bukan saat yang tepat bagi negara maju melakukan pemberian vaksin booster, apalagi kepada warga-warga yang sehat. Sebab, masih banyak negara yang belum memiliki pasokan vaksin yang cukup bahkan untuk mengimunisasi setengah populasinya.
“Itu tak masuk akal. Memberikan booster untuk perlindungan orang dewasa, atau untuk memvaksinasi anak-anak, saat tenaga kesehatan, lansia dan kelompok berisiko tinggi di dunia masih ada yang menunggu dosis pertama mereka,” terangnya.
Negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, katanya, menimbun lebih banyak vaksin, sementara negara-negara berpenghasilan rendah terus menunggu.
Setiap hari, ada enam kali lebih banyak booster vaksin yang disuntikkan secara global, lanjut Tedros. Jumlah ini sangat jauh jika dibanding di negara berpenghasilan rendah yang menerima dosis pertama.
“ini harus dihentikan sekarang,” tegas Tedros.
Tedros lalu mengungkapkan untuk mencapai target WHO, di mana setiap negara harus memvaksinasi 40 persen populasinya dari hinggaa akhir tahun ini, dunia membutuhkan tambahan 550 juta dosis.
Pekan ini, ia mengaku bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, guna membicarakan progres terkait target vaksinasi.
“Dengan upaya bersama yang dilakukan negara dan produsen, kita bisa sampai sana (target),” tutur Tedros.
(pwn/rds)