4 Pengungsi Afghanistan di Pekanbaru Jahit Mulut, Protes UNHCR-IOM
Jakarta, Indonesia —
Empat pengungsi Afghanistan di Pekanbaru menjahit mulut sebagai tanda protes atas ketidakjelasan nasib mereka setelah bertahun-tahun terlantar di Indonesia. Mereka menuntut kejelasan dari organisasi-organisasi internasional seperti UNHCR dan IOM.
“Empat pengungsi menjahit mulut beberapa hari lalu di Pekanbaru setelah puluhan hari demonstrasi karena mereka tak mendapatkan respons dari UNHCR,” ujar salah satu pengungsi Afghanistan di Indonesia, Hakmat, dalam pernyataan yang diterima Indonesia.com.
Dalam sejumlah foto yang dikirimkan Hakmat, keempat pengungsi Afghanistan itu terlihat menjahit mulut mereka dengan benang plastik berwarna hitam.
“Mereka mengambil langkah ini untuk mengangkat suara para pengungsi yang tak berdaya di seluruh dunia,” ucap Hakmat.
Seorang imigran lain yang mendampingi keempat pengungsi itu, Fahimi, mengatakan kepada Indonesia.com bahwa keempat orang itu menjahit mulut pada Kamis pekan lalu.
Menurut Fahimi, empat pengungsi itu sudah muak karena aksi protes yang mereka gelar puluhan hari di depan kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Pekanbaru sejak 12 November lalu tak kunjung direspons.
Fahimi bercerita bahwa keempat pengungsi itu sudah terdampar di Indonesia sejak 2012-2013. Satu dekade berlalu,UNHCR dan Organisasi Migran Internasional (IOM) tak kunjung menempatkan mereka di negara ketiga.
Karena frustrasi, salah satu dari keempat pengungsi itu sendiri sudah dua kali menjahit mulutnya sepanjang bulan ini. Namun kini, mereka membuka kembali jahitan itu karena kondisi tubuh memburuk.
“Dua di antaranya mereka bibirnya terinfeksi parah dan bengkak. Mereka dipaksa untuk membuka jahitannya oleh IOM dan keluarganya. Mulut mereka kembali terbuka setelah 3-4 hari,” tutur Fahimi.
Fahimi menjelaskan bahwa IOM memang berbincang dengan keempat pengungsi itu melalui aplikasi Zoom. Namun secara keseluruhan, IOM tak memberikan kontribusi berarti atas keluhan para imigran.
“Mereka tak bertanggung jawab atas protes pengungsi. UNHCR juga belum menghubungi perwakilan pengungsi mengenai protes ini. Keluarga empat pengungsi ini memegang peran lebih penting untuk membuka jahitan mereka ketimbang IOM,” ucap Fahimi.
Sementara itu, satu pengungsi lainnya di Pekanbaru, Nazer, bercerita bahwa IOM sebenarnya sudah menawarkan untuk bertemu dengan para imigran kemarin, Selasa (7/12).
“IOM mau mengadakan pertemuan kemarin, tapi para pengungsi tak sepakat dengan jumlah perwakilan di pertemuan itu. Pertemuan itu akhirnya dibatalkan,” ucap Nazer.
Kisah demonstrasi para pengungsi yang tak membuahkan hasil bisa dibaca di halaman selanjutnya >>>
Para Pengungsi Menanti Kejelasan Nasib