Fakta Kodok Beracun yang Bikin Taiwan Kewalahan



Jakarta, Indonesia —

Kodok beracun menggegerkan Taiwan dalam beberapa hari terakhir. Pemerintah setempat dan pemerhati lingkungan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah perkembangannya sebab potensi berdampak buruk pada ekosistem di Taiwan. Berikut fakta kodok beracun tersebut.

Panjang hingga 15 cm

Kodok tebu (Rhinella marina) merupakan spesies kodok sangat beracun yang berasal dari Amerika, tepatnya dari Amazon Tengah di Peru hingga Lembah Rio Grande di Texas.

Spesies ini sudah ada sejak awal abad ke-20 di berbagai tempat, termasuk Karibia, Australia, dan sebagian besar Pasifik.

Katak tebu memiliki panjang berkisar antara 3,5 hingga 5,9 inci (9 hingga 15 sentimeter) dan memiliki kulit kuning dan coklat yang ditutupi dengan kutil yang tidak beraturan.

Racun berbahaya untuk hewan peliharaan

Ketika dalam kondisi terancam, kodok tebu melepaskan racun putih susu dari kulit mereka yang dikenal sebagai bufotoxin. Racun ini keluar dari kelenjar di belakang mata mereka dan cukup mematikan bagi sebagian besar hewan peliharaan yang menggigit atau menjilat hewan itu.

Berkembang biak sangat cepat

Kodok jenis ini berkembang biak dengan sangat cepat, dan mereka tidak memiliki predator alami di Taiwan. Pemerintah setempat telah menangkap lebih dari 200 kodok tebu di daerah sekitar kota.

Dilansir dari Live Science, kodok tebu merupakan spesies invasif yang sangat berhasil. Mereka memiliki habitat asli awalnya hanya di 14 negara, namun sekarang ditemukan di lebih dari 40 negara, yang menempatkan mereka dalam daftar 100 Spesies Invasif Terburuk yang diawasi oleh Grup Spesialis Spesies Invasif, badan penasihat internasional yang terdiri dari ilmuwan dan pakar hewan.

Menyebabkan kerusakan ekosistem

Konservasionis di Taiwan saat ini berupaya untuk menahan invasi kodok yang sangat beracun sebelum amfibi berkutil ini menyebabkan kerusakan luas pada ekosistem.

Para peneliti di Taiwan dilaporkan mengetahui tentang kemungkinan invasi kodok tebu di sebuah peternakan di sebuah kota kecil di pegunungan tengah Taiwan, setelah seorang penduduk setempat membagikan foto-foto kodok tebu secara online.

Kemudian setelah melihat foto tersebut, peneliti dari Taiwan Amphibian Conservation Society langsung datang ke peternakan untuk menyelidiki.

“Operasi pencarian yang cepat dan besar-besaran sangat penting ketika kodok tebu pertama kali ditemukan,” ujar Lin Chun-fu, seorang ilmuwan amfibi di Institut Penelitian Spesies Endemik Taiwan, mengatakan kepada AFP.

Ilegal

Di masa lalu, petani sengaja melepaskan kodok ini untuk mengatasi masalah hama. Misalnya, pada tahun 1935, Australia memperkenalkan kodok pemakan kumbang tebu (Dermolepida albohirtum) yang merusak ladang tebu.

Di Taiwan, meski kodok berhasil menghilang gangguan kumbang, namun populasi kodok ini dengan cepat tumbuh hingga lepas kendali. Ada dugaan kodok berhasil kabur atau ditinggal pemiliknya sejak pemerintah mengumumkan seruan larangan mengembangbiakan kodok jenis ini.

(lnn/mik)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *