Tak Ada Peringatan, Kami Diam Pasrah



Jakarta, Indonesia —

Peristiwa erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12) diwarnai cerita mengenai penduduk setempat yang mengaku tak menerima peringatan apapun sesaat sebelum kejadian.

Hal itu diungkapkan oleh Ahmad Samiludin (48) salah seorang warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Beberapa kampung di Sumberwuluh merupakan salah satu daerah paling terdampak erupsi.

Ahmad mengatakan, ia tak menerima peringatan apapun saat kejadian. Ketika Semeru menyemburkan awan panas guguran, ia bahkan mengira hal itu adalah asap kebakaran. Namun seketika hujan debu vulkanik terjadi, suasana kampungnya sekajap menjadi gelap gulita.

“Nggak ada peringatan, nggak ada sama sekali. Tiba-tiba gelap gulita, lampu penerangan enggak menolong,” ucap Ahmad kepada Indonesia.com.

Ahmad tak sendiri, ada juga Mar’i (35), yang juga masyarakat Desa Sumberwuluh. Ia menyebut saat kejadian, dirinya masih bekerja sebagai tukang bangunan di dekat Kampung Renteng.

Ketika mengetahui awan panas Semeru menjulang, ia buru-buru pulang menjemput sang ibu di rumah. Mereka lalu menyelamatkan diri ke Kecamatan Candipuro, mencari titik aman.

“Nggak ada peringatan apa-apa, kejadian cepat sekali, warga sudah ramai di jalan, teriak ‘Allahuakbar, Allahuakbar’,” ucapnya.

Di lokasi lain, yakni Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, seorang warga, Nyaminten (65) berhasil menyelamatkan diri usai mendengar teriakan para tetangganya.

Padahal Curah Kobokan merupakan salah satu perkampungan yang terletak tepat di kaki Gunung Semeru. Dampak kerusakan yang ditimbulkan dari awan panas dan hujan abu di desa ini juga merupakan yang terparah.

“Ada tetangga teriak-teriak, saya keluar, ada asap gulung-gulung dan ada api, terus hujan batu. Nggak ada [peringatan],” kata Nyaminten bercerita, sembari menyeka air mata di ujung matanya. Nyaminten begitu trauma.

Penduduk Desa Kajar Kuning, yang berada persis di sebelah kampung Curah Kobokan, Kasan, bahkan terkaget ketika menyadari sekelilingnya sudah dipenuhi awan yang membawa material vulkanik Semeru.

Saat kejadian, ia masih berada di luar rumahnya, ia sedang mencari rumput di ladang, untuk pakan hewan ternaknya. Ketika kondisi makin gelap karena awan datang, Kasan hanya bisa pasrah meringkuk di tengah padang rumput.

“Saya lagi cari rumput buat pakan ternak, terus ada awan warna hitam. Saya cuma bisa diam, saya pasrah sudah,” ujar Kasan.

Namun, seorang Perangkat Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Ali Ridoi (30), mengklakm bahwa pihaknya telah menerima peringatan pada lima hari sebelum erupsi terjadi.

Peringatan itu, kata dia, didapatnya dari grup WhatsApp. Isi peringatan itu memberitahukan bahwa terjadi peningkatan aktivitas di kawah Semeru, Jonggring Soloko.

“Ada peringatan, kami punya grup. Sekitar lima hari ada informasi dari petugas PVMBG bahwa ada peningkatan aktivitas Semeru,” kata Ali.

Namun, saat ditanya apakah peringatan itu disampaikan kepada penduduk, ia tak menjawabnya dengan jelas. Yang pasti kata dia, peringatan disampaikan kepada para penambang pasir.

“Biasanya kami sampaikan ke orang-orang yang nambang pasir,” ujarnya.

Sesaat setelah awan erupsi menerjang Sumberwuluh, Ali mengaku sempat mengevakuasi warga di sekitar kampungnya. Ia juga membagikan masker ke penduduk untuk menghindari paparan abu vulkanik.

Sementara itu, Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan peringatan ke pada penduduk di sekitar Semeru. Hal itu bahkan dilakukan setiap hari.

“Apakah ada warning? Ada, bahkan setiap hari, karena ini gunung aktif sekali, sekarang berapa kekuatan, besok ada kejadian guguran awan panas, masyarakat juga lihat,” kata Thoriq dikonfirmasi.

Namun, Thoriq mengklaim bahwa peringatan dini itu hanya dilakukan dengan amatan visual dan informasi dari pusat vulkanologi. Ia tak tahu perihal alat atau apapun untuk menunjang EWS.

“Jadi kalau EWS tadi itu tidak ada alat, hanya informasi dari pusat vulkanologi, kepada kami, kami sampaikan kepada camat, kepada desa. Tahun lalu persis ada guguran awan panas tapi tidak sedahsyat sekarang. Warning nya sama dulu dengan sekarang,” pungkas dia.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Andiani mengungkapkan pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini potensi dan bahaya erupsi Gunung Semeru sejak 1 Desember 2021. Di hari itu kawah mengeluarkan guguran lava pijar.

(frd/ain)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *