Kisah Nemo, Anjing Korban Semeru Setia Menunggu Tuannya Pulang
Kisah haru datang dari kaki Gunung Semeru. Seekor anjing berjenis mix herder bernama Nemo, ditemukan di desa yang paling terdampak erupsi Semeru, yakni di Dusun Curah Kobokan, Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.
Nemo, begitu ia dikenali warga sekitar, sejak erupsi terjadi Sabtu (4/12) lalu, hingga sekitar 12 hari lamanya, dia bertahan di desa setempat tanpa makan dan minum. Dia kabur tiap kali hendak dievakuasi.
Tim rescue meyakini ia sedang menunggu tuannya.
Kisah Nemo diungkap oleh Founder Animals Hope Shelter Christian Joshua Pale. Ia mengatakan selama 12 hari itu pula, Nemo sempat memberikan petunjuk lokasi tertimbunnya jenazah di Curah Kobokan.
“Anjing ini milik salah satu warga di sana, di Curah Kobokan, di zona hitam Semeru,” kata Christian kepada Indonesia.com, Kamis (16/12).
Christian mengatakan keberadaan Nemo, pertama kali diketahuinya dari laporan Tim Sar Baret Nasdem yang melakukan operasi pencarian korban di Dusun Curah Kobokan. Para relawan mengaku melihat keberadaan anjing di wilayah setempat, namun kesulitan untuk mengevakuasinya.
Anjing itu disebut berulang kali memberikan isyarat dan meminta tolong kepada para tim sar untuk mengikutinya. Awalnya para relawan tak menyadari. Namun salah satu orang relawan kemudian mencoba mengikutinya hingga ke titik timbunan material vulkanik.
“Akhirnya Mas Raditya [salah satu anggota Tim SAR] mengikuti anjing ini. Dan akhirnya setelah diikuti, di lokasi tempat anjing ini berdiri, di situ ditemukan beberapa jenazah,” katanya.
Setelah diikuti, anjing itu kemudian berhenti di salah satu timbunan material vulkanik. Relawan yang mencurigainya kemudian meminta bantuan TNI dan anjing K-9. Lokasi itu diendus dan digali.
Benar saja, di lokasi yang ditunjukkan Nemo ditemukan tiga orang jenazah. Dua di antaranya adalah ibu dan anak balita yang meninggal dalam posisi berpelukan.
“Ada tiga jenazah korban, dan sedihnya itu ditemukan jenazah Putri (28) dan Salsa (3) sedang berpelukan, kondisi ibunya hangus, tapi anaknya utuh,” ucapnya.
Christian tak tahu pasti apakah tiga jenazah yang ditemukan tersebut merupakan keluarga pemilik Nemo atau bukan. Sebab ia masih mendalami hal itu dan mengumpulkan keterangan warga.
“Ini masih saya gali, apakah itu tuannya atau bukan,” ujar dia.
Usai memberikan tanda lokasi jenazah, Nemo ternyata masih menolak untuk dievakuasi. Ia berlari tiap kali didekati oleh tim rescue. Dia bertahan di kampung itu hingga 12 hari pascaerupsi.
Christian mengatakan, berdasarkan keterangan warga sekitar, Nemo adalah anjing penjaga kebun. Pemiliknya diduga kuat telah meninggal dunia menjadi korban erupsi Semeru.
Selama 12 hari pascaerupsi, Nemo bertahan di Curah Kobokan tanpa makan dan minum. Dia hanya makan dari nasi bungkus sisa para relawan. Ia berlari kesana kemari, ke penjuru kampung. Ia seperti sedang mencari dan menunggu tuannya untuk pulang.
“Kemungkinan dia mencari, karena bertahan 12 hari tanpa makan dan minum, sampai mengalami ISPA, batuk-batuk. Owner-nya dugaannya sudah meninggal,” kata dia.
Di hari ke 12 pascaerupsi Semeru, Rabu (15/12), Nemo akhirnya berhasil dievakuasi oleh Christian bersama Animals Hope Shelter. Ia dibawa ke lokasi yang relatif lebih aman untuk pemulihan.
“Di hari ke 12 kami akhirnya mengevakuasi Nemo dari zona hitam, dia jinak dan baik, usianya sekitar 9-10 tahun,” ucapnya.
Selain mengevakuasi Nemo, Animal Hope Shelter bersama tim rescue lain juga berhasil mengamankan sejumlah binatang peliharaan di Curah Kobokan.
“Landak 1 ekor; kalkun 2 ekor, satu di antaranya patah sayap; marmut 2 ekor; kucing 21 ekor, 10 di antaranya sudah kami larikan ke klinik karena mengalami ISPA dan luka,” pungkas Christian.
(frd/DAL)