Ahli Beberkan Faktor dan Penyebab Banjir Rob Indonesia
Akademisi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) Deni Septiadi membeberkan faktor-faktor penyebab banjir rob di Indonesia.
Sebelumnya, bencana banjir rob dilaporkan melanda sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Karawang, Medan, hingga Manado.
Bahkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) awal bulan ini mengeluarkan peringatan dini untuk sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami bencana serupa.
Deni memaparkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan bencana banjir rob terjadi, seperti bulan purnama, tinggi gelombang, kecepatan angin, topografi, subsiden, dan curah hujan.
“Rob memang banyak faktor yang mempengaruhi. Selain bulan baru dan purnama dimana pada Desember 2021 bulan baru itu dimulai pada 4 Des 2021 dan purnama 19 des 2021,” katanya kepada indonesia.com melalui pesan teks, Kamis (16/12).
“Beberapa faktor lain seperti tinggi gelombang, kecepatan angin sekitar pesisir, topografi yaitu ketinggian dari permukaan laut, penurunan wilayah (subsiden) serta curah hujan ini juga menjadi penyebab rob,” imbuhnya.
Deni juga menjelaskan bahwa pada bulan Desember, Januari, dan Februari curah hujan cukup tinggi, sehingga potensi banjir rob semakin besar terjadi.
Di bulan-bulan tersebut kecepatan angin di wilayah pesisir berada di kisaran 25-30 kilometer per jam, sehingga gelombang laut yang biasanya hanya satu hingga dua meter bisa mencapai dua hingga tiga meter, bahkan di bagian selatan Pulau Jawa bisa melebihi tiga meter.
Selain itu, Deni juga menjelaskan bahwa peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia disebabkan oleh aliran angin dari wilayah Asia yang cenderung basah.
“Pada Des-Jan-Feb dominasi aliran angin adalah dari Asia (Siberia) yang cenderung basah dan lembap sehingga di wilayah Indonesia dipastikan potensi CH (curah hujan) semakin meningkat. Banyak terbentuk pusat tekanan rendah bahkan berkembang menjadi siklon,” ujarnya.
Perhatikan Drainase
Maka dari itu Deni mengimbau daerah pesisir untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat mengurangi potensi banjir rob, seperti drainase.
“Daerah-daerah pesisir harus benar-benar diperhatikan dari sisi drainase dan memaksimalkan daerah-daerah yang dapat menampung air,” imbaunya.
“Perlu dipertimbangkan lagi tata kota yang menopang dan menjadi hilir dari aliran sungai yg dapat memperparah rob akibat CH di hulu,” tambahnya.
Lebih lanjut Deni menyebut pentingnya kehadiran sistem peringatan yang komprehensif pada daerah-daerah penopang aliran air dari hulu, terlebih daerah yang berada di ketinggian rendah.
“Harus dibuatkan sistem warning yang komprehensif yang dapat dijadikan pertimbangan dalam mengantisipasi banjir rob terutama bagi daerah-daerah yang menjadi penopang aliran dari hulu dengan ketinggian wilayah yang rendah di bawah 6 m dari permukaan laut,” pungkasnya.
(lnn/fjr)