Toleransi terhadap Kaum Disabilitas di Lingkungan Kerja, Sudahkah?



Jakarta, Indonesia —

Nicky Clara, womenpreneur disabilitas, kerap merasa tidak nyaman dengan tatapan orang di sekitarnya. Amputasi kaki kiri saat usia setahun membuatnya kini mengenakan kaki prostetik. Penampilannya jelas jadi berbeda dengan mayoritas.

Akan tetapi, kata dia, hal ini jelas dialami teman-teman disabilitas apalagi yang memiliki kekurangan atau tampilan berbeda secara visual. Tanpa Anda sadari, tatapan penuh tanya dalam waktu lama bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengarah ke tindakan perundungan (bullying).

“Bullying ini bisa verbal, non-verbal. Non-verbal semudah dari bagaimana kita memandang dari awal jalan sampai belok. Mungkin kita penasaran, tapi bayangkan teman disabilitas, dilihatin dari masuk sampai keluar,” ujar Nicky dalam webinar bersama Unilever, Senin (15/11).

“Kalau verbal kaitannya sama kata-kata. Ada dulu orang bully saya, si kaki boneka, si kaki besi, pincang, cacat.”

Tak hanya dalam keseharian, rupanya bullying juga terjadi di lingkungan kerja apalagi lingkungan kerja dengan karyawan beragam. Nicky melihat tanpa sadar mereka yang non-disabilitas melakukan bullying terhadap mereka yang disabilitas.

Di lingkungan kerja, bullying tidak selalu terlihat dari tindakan atau kata-kata yang merendahkan. Dia berkata, kadang orang ‘downgrade’ atau menganggap karyawan disabilitas tidak cukup berkapasitas akan suatu tanggung jawab.

“Mereka sering dianggap tidak mampu untuk mengerjakan suatu hal. Akhirnya ada momen dia merasa ‘Saya enggak berkapasitas ya’. Saya melihat ini di beberapa komunitas juga, mereka men-downgrade kapasitas tim,” katanya.

Biasanya saat menghadapi persoalan ini, mereka yang disabilitas memilih keluar dari pekerjaan sehingga Nicky dan timnya harus turun tangan untuk menjembatani diskusi.

Dari pengalaman-pengalaman serupa, ia bersama Thisable Enterprise juga komunitas pemberdaya disabilitas bergerak dengan memberikan pembekalan teman disabilitas yang akan terjun ke dunia kerja.

“Ini bagaimana saya dan tim mencoba lebih meningkatkan kepercayaan diri dan keberanian mereka saat masuk lingkungan kerja, memberikan pemahaman mengenai bullying, cara mengatasinya. Intinya dari teman-teman disabilitas dulu,” katanya.

Setelah dari sisi internal, perlu dukungan dari sisi eksternal yakni bagaimana perusahaan terutama pemimpinnya menyiapkan regulasi. Karyawan harus tahu saat mengalami bullying dia melapor ke mana. Apa perlu aturan khusus bagi mereka yang disabilitas?

Nicky menegaskan aturan khusus tidak harus ada. Justru tidak perlu menempatkan mereka yang disabilitas sebagai kelompok eksklusif sebab cita-citanya adalah kesetaraan, semua sama.

Terkait peran pemimpin atau leader, Kristy Nelwan, Head of Communication PT Unilever Tbk., harus ada tiga hal yang dipegang: “Set clear boundaries, non-stop learning, providing safe place,” katanya dalam kesempatan serupa.

1. Atur batasan yang jelas, perlu menciptakan batasan jelas antara bullying dan jokes atau candaan. Pemimpin harus bisa memberikan contoh apalagi tidak semua karyawan memiliki pemahaman penuh mengenai bullying.

Menurut Kristy, ini sesederhana menegur dengan ‘Jangan gitu’, ‘We don’t do that’, ‘We don’t do it here’, ‘Ini bukan kita’, sehingga karyawan tahu bahwa yang dia lakukan tidak benar dan sudah menjurus pada bullying.

2. Terus belajar, isu bullying erat dengan kultur, banyak bias. Harapannya pemimpin terus belajar mengenai policy atau aturan yang ada, mengenali tim dan dinamikanya, juga mengenal diri diri lebih baik.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan aman, pemimpin perlu meyakinkan timnya bahwa lingkungan kerja adalah lingkungan yang aman buat mereka. Saat terjadi bullying, pemimpin maupun perusahaan siap untuk mendukung.

“Mereka speak up, sama bosnya enggak didukung, diabaikan. Padahal kita orang pertama yang harusnya membela, malah enggak. Sebaliknya jangan sampai dengan niatan membantu, kita jadi memaksakan yang menurut kita benar tanpa consent (persetujuan),” imbuhnya.

(els/agn)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *