Kisah Nenek 95 Tahun Terjebak Banjir di Malaysia Menanti Bantuan
Hujan deras yang terus menerjang wilayah Lembah Klang, Malaysia, membuat banyak orang terjebak dan cemas menunggu bantuan. Salah satunya adalah seorang nenek 95 tahun yang terjebak di rumahnya yang dilanda banjir.
Nenek itu bernama Raj Rani. Di usia senjanya, dia hanya tinggal berdua dengan kerabat lainnya sesama lansia.
Karen Sharma, anak dari Rani, meminta pihak-pihak tertentu untuk segera mengevakuasi sang ibu dari kediamannya di Taman Sri Muda, Seksi 25 Shah Alam.
Sang nenek, sebut Karen, telah menghubunginya sesaat setelah air mulai masuk ke dalam rumahnya pada Sabtu (18/12) sekitar pukul 17.30 waktu setempat.
Namun, Karen mengatakan bahwa keluarga tak bisa berbuat apa-apa karena jalan menuju daerah tersebut telah terputus.
“Nenek saya tinggal bersama bibi yang lain, yang juga sudah lansia. Mereka langsung naik ke lantai dua begitu air mulai memasuki rumah,” ujar Karen, melansir New Strait Times.
Karen dan keluarga juga telah berkali-kali menghubungi pihak berwenang untuk mendapatkan bantuan.
“Sampai sekarang dia masih terdampar di rumah bersama bibi saya. Mereka terjebak di sana hampir 16 jam,” tambah Karen. Listrik dan pasokan air juga telah terputus sejak jam 8 malam kemarin.
Kini, Karen tak lagi bisa berkomunikasi dengan sang nenek, karena telepon yang jatuh ke air.
Sebagaimana diketahui, banjir merendam lima wilayah di Malaysia akibat hujan deras sejak Jumat (17/12).
Dari kelima wilayah tersebut, Lembah Klang menjadi wilayah paling terdampak. Selain hujan, banjir di wilayah tersebut juga disebabkan oleh air pasang laut.
Sejumlah jalan di Lembah Klang pun tertutup. Beberapa orang terpaksa harus bermalam di mobil dan tempat kerja setelah jalan-jalan utama tak bisa dilalui.
Lebih dari 22 ribu orang dievakuasi akibat banjir yang menerjang sejumlah wilayah di Malaysia. Banjir yang terjadi sejak Jumat (17/12) ini menjadi banjir yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Hujan deras menyebabkan sungai meluap, merendam banyak daerah, dan memutus sejumlah jalan utama.
Selain Karen, seorang warga Kampung Melayu Subang di Selangor, Marniza Othman, mengatakan ini pertama kalinya ia dan keluarga merasakan banjir setelah 20 tahun tinggal di wilayah itu.
Othman menuturkan pada Sabtu (18/12) sekitar pukul 16.00 waktu setempat, ia melihat semburan kecil air memasuki ruang tamunya dari pintu depan bersama sekelompok serangga seperti kecoa dan kelabang.
Dalam waktu 20 menit, level air yang masuk ke rumahnya sudah setinggi lutut. Dari situ, Marniza sadar bahwa banjir ini menjadi serius.
“Saya meminta dua anak saya yang lebih besar untuk berdiri di kursi makan sementara saya menggendong yang bungsu, anak saya yang berusia 2 tahun,” kata Ibu Marniza.
“Saya sangat takut saya akan kehilangan mereka, saya terus mengatakan kepada mereka, ‘Kamu bisa melakukannya,'” tambahnya.
Suaminya pergi mencari bantuan. Sebelum ketinggian air mencapai pinggang, untung suaminya sudah datang mengantar seluruh keluarga ke rumah ibunya yang berjarak satu kilometer.
“Saya hanya mengambil pakaian anak saya, telepon genggam dan dompet kami. Selebihnya, kami tinggalkan,” kata Ibu Marniza seperti dikutip Channel NewsAsia.
(asr)