Ahli Pecahkan Teka-Teki Warna Hijau Komet Usai 90 Tahun Penelitian
Fisikawan dari UNSW Sydney akhirnya memecahkan teka-teki komet memancarkan warna hijau. Penemuan ini membuktikan hasil penelitian selama 91 tahun sejak seorang ilmuwan Gerhard Herzberg memulai meneliti keberadaan warna hijau kepala komet pada 1930.
Penemuan ini dibuat dalam jurnal yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
Dalam jurnal mereka, dijelaskan komet terdiri dari beragam material seperti debu, es dan berbagai macam gas, sedangkan gas utama adalah karbon monoksida dan cyanogen yang umumnya material beracun untuk manusia.
Material dan gas ini akan beraksi ketika terkena sinar Matahari seperti berhamburan dan menguap. Penguapan menyebabkan komet tampak memiliki ekor warna merah dengan kepala berwarna hijau.
“Kami telah membuktikan mekanisme saat karbon bereaksi oleh sinar matahari,” kata Timothy Schmidt, profesor kimia di UNSW Science mengutip phys.org, Selasa (21/12).
Menurut Schmidt, karbon sangat reaktif dan memiliki peran untuk menciptakan warna hijau pada komet. Material itu terdiri dari dua atom karbon yang saling bersinggungan dan hanya dapat ditemukan di lingkungan dengan oksigen rendah seperti di ruang angkasa.
Artinya semakin komet mendekati matahari, radiasi ultraviolet akan semakin menghancurkan molekul karbon komet. Dalam proses ini disebut photodissociation atau fotolisis yang merupakan proses reaksi kimia dengan bantuan sinar atau foton.
Praktis proses ini menghancurkan karbon pada komet sebelum dapat bergerak jauh dari nukleus. Komet pun akan semakin menyusut dan kehilangan ekornya.
Ahli pun memastikan warna hijau tidak sampai ekor komet karena sudah menguap lebih cepat di kepala komet.
“Saya takjub ada seseorang pada 1930an berpikir soal ini, sampai ke tingkat detail mekanisme bagaimana itu terjadi, dan kemudian 90 tahun kemudian, kami menemukan proses itu terjadi,” ucap Ms Jasmin Borsovszky, penulis dan mantan mahasiswa UNSW Science.
Para ahli menjelaskan tingkat hijau pada komet akan berbeda tergantung dari kandungan gasnya. Ada sekitar 3.700 komet yang terdeteksi di tata surya, meskipun diduga ada miliaran jumlahnya melansir Sciencedaily.
(mik)