Syuting Sinetron di Pengungsian Semeru Diklaim Kantongi Izin Pemkab
Pihak production house (PH) sinetron Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTD), mengklaim telah mengantongi izin untuk melakukan syuting di lokasi pengungsian korban terdampak Semeru.
Line Producer PT Verona Indah Pictures, Dwi Sunarso Lobo yang memproduksi sinetron tersebut mengatakan, izin itu didapat dari Pemda setempat, yakni Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
“Izin pasti dari Pemda kan, relawan dan sekitarnya” kata Lobo kepada Indonesia.com, Rabu (22/12).
Ia pun menegaskan bahwa izin itu telah dikantonginya. Jika tidak, maka mana mungkin pihaknya bisa melakukan produksi di sana.
“Sekarang kalau kami nggak melakukan koordinasi logikanya mana bisa melakukan syuting atau kerja di sana,” ucap dia.
Proses syuting sendiri telah berjalan selama satu setengah hari. Selain di pengungsian, pihaknya juga mengambil adegan di sejumlah tempat lain di Lumajang.
Selama di pengungsian pun, kata Lobo, masyarakat dan relawan menyambut baik keberadaan mereka. Para warga diklaimnya juga merasa terhibur. Mereka memastikan tak ada penolakan selama proses syuting.
“Di pengungsian relawan, warga, sangat welcome. Justru mereka juga terhibur, kalau ada penolakan kami nggak bisa syuting,” ucapnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi perihal izin syuting ini, Bupati Lumajang Thoriqul Haq masih belum memberikan jawaban. Ia mengaku masih mengikuti rapat.
“Saya masih detailing rapat desain relokasi,” kata Thoriq, kepada Indonesia.com.
Sebelumnya, pengungsian korban erupsi Semeru, di Desa Penanggal, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, mendadak dijadikan lokasi syuting sebuah sinetron oleh sekelompok orang. Relawan pun dibuat geram.
Hal itu diungkapkan oleh salah seorang relawan di lokasi, Christian Joshua Pale. Ia mengatakan kegiatan syuting sinetron itu baru dimulai hari ini.
“Mereka pakai lokasi pengungsian untuk syuting sinetron, dari hari ini,” kata Christian, saat dikonfirmasi Indonesia.com, Rabu (22/12).
Christian mengatakan para relawan dan warga pun geram dengan kegiatan syuting tersebut. Pasalnya lokasi pengungsian korban, malah dipakai untuk kegiatan komersil.
“Apakah pantas? sinetron ini kan bersifat komersil, kok nggak ada empati dan nuraninya,” ucapnya.
(frd/DAL)