Korban Banjir Malaysia Akui Belum Dapat Bantuan Pemerintah
Sejumlah warga yang tinggal di desa Kampung Kubu Gajah, Selangor, Malaysia mengaku hingga kini belum mendapat bantuan dari pemerintah setelah banjir mematikan menghantam Negeri Jiran selama sepekan.
Penjual Lakssa, Rokhiah Abdul Aziz, mengaku ia dan suaminya, Rashdan Iswandi serta beberapa tetangga ditolak petugas saat meminta bantuan makanan panas berikut kebutuhan lain di kamp bantuan Selangor.
Barang-barang tersebut, katanya, hanya untuk penduduk di wilayah tertentu.
“Mereka menyuruh kami menunggu bantuan di daerah kami dan tak ada paket bantuan walaupun ada sisa makanan dan paketan yang belum diambil,” kata Rokhiah kepada Straits Times, Senin, (27/12).
Mereka tak punya pilihan selain pulang ke rumah di Kampung Kubu Gajah.
“Bahkan tidak ada satupun lembaga pemerintah atau anggota parlemen datang untuk memberi bantuan. Kami sekarang mengerti kelakuan mereka.” lanjut Rokhiah.
Ia mengatakan untuk memenuhi syarat mendapat bantuan, warga harus mengisi tiga formulir. Pertama formulir di petugas distrik, satu ke pusat layanan majelis dan satu ke otoritas persepuluhan Islam. Rokhiyah sudah melakukan itu semua.
“Semua formulir sudah diisi pada 20 Desember, tapi ini sudah seminggu dan kita tak mendegar kabar dari siapapun,” ucapnya.
Selangor salah satu wilayah yang paling terdampak banjir bandang itu. Hingga Senin, total yang meninggal akibat bencana ini mencapai 48 orang dan lima masih dalam proses pencarian.
Sementara itu, hingga kini masih ada 22.573 orang dalam pengungsian.
Meskipun sekarang ada lebih sedikit pengungsi di pusat-pusat bantuan banyak warga bersiap untuk kemungkinan banjir kedua.
Malaysia tengah mencari suntikan dana dari Dana Iklim Hijau PBB (GCF) sebesar US$3 juta atau sekitar Rp42 miliar untuk mengembangkan rencana nasional yang bisa membantu negara itu beradaptasi dengan perubahan iklim.
Dana yang diminta tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah yang dijanjikan negara sebagai upaya mitigasi banjir, meskipun para ahli mengatakan implementasi rencana tersebut kemungkinan akan memakan biaya lebih banyak.
Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, dan jajarannya menuai banyak kritik saat mengunjungi area terdampak banjir di Hulu Langat.
Dalam video yang beredar di media sosial, Ismail Sabri tampak menggali lumpur dengan sekop. Namun baru satu galian, ia sudah mengembalikan lagi ke Petugas Kebakaran.
Sebelumnya, Menteri Pemberdayaan Perempuan, Keluarga dan Masyarakat, Rina Harun juga panen kritik usai dirinya berpose dengan kran air di sekolah yang menjadi pusat bantuan banjir.
Departemen Kesejahteraan, yang berada di bawah kementerian itu, mengatakan Rina menggunakan jet air untuk mengusir cicak dan kotoran burung.
(isa/bac)