Raja Salman Minta Iran Setop Berperilaku ‘Nakal’
Pemimpin Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, meminta Iran menghentikan perilaku negatif di kawasan pada Kamis (30/12).
Pernyataan itu diutarakan Raja Salman sehari setelah Riyadh menuding Tehran memasok bantuan bagi pemberontak Houthi di Yaman untuk menyerang Saudi.
“Kami berharap (Iran) mengubah kebijakannya dan perilaku negatif di kawasan, dan itu menuju ke arah diskusi dan kerja sama,” tutur Raja dalam sebuah pernyataan yang dirilis kantor berita Saudi, SPA, seperti dikutip dari AFP.
“Kami sangat prihatin dengan kebijakan rezim Iran untuk destabilisasi keamanan dan keselamatan di kawasan,” tambahnya.
Arab Saudi dan Iran merupakan musuh bebuyutan sejak lama. Kedua negara saling berebut pengaruh untuk menjadi yang paling berkuasa di jazirah Arab dan Timur Tengah.
Perang Yaman pun dinilai banyak pihak merupakan perang proxy antara Riyadh dan Teheran, di mana Saudi mendukung pemerintah sah Yaman yang kini terasingkan.
Sementara itu, Iran disebut mendukung kelompok Houthi yang kini menguasai ibu kota Yaman, Sanaa.
“Kami juga mengetahui dukungan rezim Iran terhadap kelompok teroris Houthi, yang memperpanjang perang di Yaman dan memperburuk situasi kemanusiaan di sana, pun juga mengancam keamanan Kerajaan,” tutur Raja.
Arab Saudi telah lama menuduh Iran memberikan suplai senjata ke kelompok Houthi, dan sekutu lainnya, Hizbullah, berperan melatih militan pemberontak itu.
Teheran membantah tuduhan itu, sementara Hizbullah menganggapnya “konyol”.
Terlepas dari perselisihan kedua negara, Iran dan Saudi berupaya melakukan berbagai pembicaraan sejak April untuk memperbaiki hubungan mereka yang terputus pada 2016 lalu.
Sementara itu, pernyataan soal Iran itu diutarakan Raja Salman saat berpidato di rapat Dewan Syura secara virtual. Dalam kesempatan itu, Raja Salman berbicara kurang dari empat menit saja.
Raja Salman terlihat membaca teks pidatonya di selembar kertas putih dengan lambat dan kerap mengambil jeda.
Pidato itu pun digelar tiga jam dari jadwal semestinya.
Kesehatan Raja Salman memang terus menjadi sorotan setelah dikabarkan sakit.
Kabar kesehatan itu mencuat setelah Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) menjadi “raja tanpa mahkota” lantaran menggantikan posisi sang ayah dalam beberapa pertemuan belakangan ini.
Sejumlah media asing menyematkan predikat “raja tanpa mahkota” setelah MbS mengambil alih peran Raja Salman dalam Konferensi Tingkat Tinggi Dewan Kerja Sama Teluk yang diselenggarakan di Riyadh beberapa pekan lalu.
Raja Salman biasanya memimpin pertemuan-pertemuan tingkat tinggi seperti ini. Namun, kali ini Raja Salman justru tidak terlihat dan digantikan MbS.
Bagaimanapun, penasihat pemerintahan Saudi, Ali Shihai, memastikan bahwa raja dalam keadaan baik.
“Menurut sumber yang terkonfirmasi, kesehatan raja dalam kesehatan yang bagus, berolahraga setiap hari,” ujar Shihabi di akun Twitter, Rabu.
Menurut Shihabi, Raja Salman tidak suka memakai masker lantaran tak nyaman mengingat usia dia yang sudah menginjak 86 tahun. Raja juga punya kecenderungan ingin berjabat tangan dan menyapa orang dengan hangat.
“Sehingga perlu ekstra hati-hati untuk menjaganya tetap aman dan jauh dari publik,” katanya.
(pwn/rds)