Kota di China Minta Maaf Usai Geger Petugas Bunuh Anjing Suspek Covid



Jakarta, Indonesia —

Sebuah kota di China meminta maaf setelah tenaga kesehatan di daerahnya memukul seekor anjing peliharaan hingga mati karena takut menularkan Covid-19.

Nakes tersebut dikabarkan memukuli sang anjing hingga mati ketika sang majikan tengah menjalani karantina di sebuah hotel karena terinfeksi Covid-19.

Kisah itu menjadi viral setelah sang majikan anjing curhat di Weibo, platform media sosial China serupa Twitter pada pekan lalu.

Melalui unggahannya, sang majikan anjing yang tinggal di timur Provinsi Jiangxi mengatakan petugas kesehatan daerah memasuki apartemennya ketika dia tengah menjalani karantina.

Perempuan itu mengatakan petugas kesehatan itu pun berpapasan dengan anjingnya dan mulai memukulnya hingga mati.

Insiden itu terekam kamera CCTV yang kemudian tersebar luas selama akhir pekan lalu dan memicu hujan kecaman dari publik.

Dikutip The Insider, rekaman CCTV memperlihatkan dua orang mengenakan APD lengkap memasuki sebuah apartemen dan bergantian memukul anjing kecil ras corgi.

Di akhir pekan yang sama, akun resmi Kota Shangrao mengunggah pernyataan permintaan maaf di Weibo.

Pemerintah Shangrao mengaku telah memecat kedua pegawainya itu dan melayangkan permintaan maaf langsung kepada sang pemilik anjing.

Kota Shangrao juga mengungkapkan permintaan maaf karena tidak memberi tahu perempuan itu soal keputusan membunuh anjingnya.

Pemerintah Kota Shangrao mengatakan kedua petugas kesehatan baru mengetahui ada anjing di apartemen itu ketika masuk untuk membersihkan flat tersebut.

Kejadian ini bukan yang pertama kali, beberapa waktu lalu, petugas kesehatan China juga terpaksa membunuh belasan kucing setelah para majikannya terinfeksi Covid-19.

Banyak netizen China yang memprotes kebijakan pemerintah daerah yang kerap kali membunuh hewan peliharaan yang terinfeksi Covid-19 bahkan yang masih suspek tertular penyakit itu.

Di bawah hukum China, binatang yang positif Covid-19 memang dapat dibunuh selama pandemi masih berkecamuk. Namun, hukum itu hanya berlaku bagi hewan ternak, menurut South China Morning Post.

Namun, surat kabar Global Times milik Partai Komunis China melaporkan pada Oktober lalu bahwa pihak berwenang boleh membunuh hewan peliharaan yang terinfeksi Covid-19.

Sementara itu Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) berulang kali mengatakan hewan peliharaan sangat jarang menularkan Covid-19 pada manusia. Justru, manusia yang dapat menularkan Covid-19 kepada binatang.

China kini memang tengah kembali menghadapi lonjakan Covid-19 akibat penyebaran varian Delta yang kian sulit dikendalikan.

Padahal, pemerintahan Presiden Xi Jinping masih memakai strategi nol Covid-19 yang menerapkan lockdown ketat, pengujian massal, dan pelacakan kontak di setiap wilayah dengan kalster virus corona baru.

(rds)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *