BMKG Ungkap Dampak Siklon Tropis Trami bagi Wilayah RI




Jakarta, Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut Siklon Tropis Trami ikut mempengaruhi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia. Berikut penjelasannya.

“Siklon tropis ini terpantau berada di Laut Filipina yang bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan angin maksimum 50 knot,” tulis BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 25-31 Oktober.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BMKG mengatakan siklon tropis ini menyebabkan peningkatan kecepatan angin, terutama di wilayah Kalimantan bagian timur dan utara, Sulawesi bagian utara, serta Maluku Utara dengan kecepatan hingga lebih dari 25 knot (46 km/jam).

BMKG memperkirakan kecepatan angin maksimum Siklon Tropis Trami dalam 24 jam ke depan dapat meningkat pada kategori 2 dan bergerak ke arah Barat Barat Laut menuju Laut Cina Selatan.

Siklon tropis ini diprediksi akan membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (Konvergensi) yang memanjang di Laut Cina Selatan, di Laut Sulu, dan di Laut Filipina. Siklon tropis ini juga menginduksi peningkatan kecepatan angin >25 knot (low level jet) di sekitar siklon tropis.

Daerah konvergensi juga terpantau di Selat Malaka, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Laut Natuna, Perairan sebelah selatan NTB, Laut Timor, Laut Arafuru, Papua Barat, dan pesisir utara Papua. Sedangkan, Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau memanjang dari Sumatera bagian tengah hingga Laut Cina Selatan, Samudera Hindia sebelah barat Sumatera, dan di Samudera Pasifik sebelah timur laut Papua.

Siklon ini mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah yang dilewati konvergensi / konfluensi tersebut.

Selain Siklon Tropis Trami, sejumlah dinamika atmosfer juga berpengaruh terhadap pertumbuhan awan hujan di wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah yang dilewati konvergensi/konfluensi.

Secara global dan regional, nilai SOI, dan Nino 3.4 tidak berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia. Namun, IOD sudah mulai berpengaruh terhadap cuaca di wilayah barat Indonesia.

MJO berada pada fase 5 (Maritime Continent) yang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Selanjutnya, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diperkirakan akan aktif di Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Arafura, Papua Selatan, Filipina, perairan dan Samudra Pasifik timur Filipina, yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

Di sisi lain, gelombang atmosfer Kelvin diprediksi aktif Samudra Hindia barat Sumatra, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Sulawesi bagian barat, Laut Arafura, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

“Berdasarkan analisis terkini, potensi turunnya hujan pada sore hingga menjelang malam hari terutama di wilayah Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Hujan yang terjadi cenderung tidak merata, dengan kejadiannya relatif singkat,” tulis BMKG.

“Hal ini merupakan salah satu ciri masa peralihan menuju musim hujan di wilayah-wilayah tersebut sebelum memasuki musim hujan,” tambahnya.

(lom/dmi)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *