Warga Desa Borobudur Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo




Jakarta, Indonesia

Warga Ngaran, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, menolak rencana kremasi jasad pemilik Pondok Indah Mall, Murdaya Widyamimarta Poo alias Murdaya Poo.

Pemkab Magelang sudah melakukan mediasi yang dihadiri kepala dusun dan berbagai pihak, namun belum ada kesepakatan.

“Pada tanggal 2 April beliau (Ketua DPD Walubi Jawa Tengah Tanto Soegito Harsono) rawuh di gubuk (datang ke rumah) saya. Yang berkaitan dengan wacana mau (mengadakan) ngaben versi umat Buddha. Intinya disampaikan seperti itu,” kata Kepala Dusun Ngaran 1 dan Ngaran 2, Desa Borobudur, Maryoto mengutip detikcom, Rabu (16/4).



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dan itu (ngaben) bisa iya, bisa tidak. Dikarenakan baru wacana. Intinya, pembahasan sampai di situ,” sambungnya.

Setelah itu, Maryoto menyampaikan hasil pembicaraannya kepada warga Ngaran 2 RW 6. 





“Pada hari Kamis (3/4), saya di-WA Ketua RT 02 yang berlokasi di tempatnya (rencana kremasi). Yang memberitahukan sudah disurvei sama (petugas). Baru wacana kok (Ketua DPD Walubi Jawa Tengah) Pak Tanto ke mana-mana, sudah sampai Polsek,” ujarnya.

Selanjutnya pada, Senin (7/4) malam, pertemuan dengan tokoh masyarakat digelar. Dalam pertemuan tersebut disepakati penolakan rencana kremasi. Kemudian, penolakan warga perihal kremasi diteruskan kepada Walubi pusat dengan tembusan Walubi Jawa Tengah.

“Di situ baru muncul bahwa kremasi itu hanya untuk mengkremasi Pak Murdaya Poo, yang meninggal, Senin (7/4) siang. Kita baru dapat info di situ (pertemuan). Akhirnya perkembangan ini disepakati ramai-ramai berarti menolak semuanya,” tegasnya.

“Intinya bahwa tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan seluruh masyarakat yang hadir malam itu menyepakati bahwa tidak ada ngaben versi umat Buddha dan kremasi. Malam itu, disepakati membuat surat yang diketahui (ditandatangani seluruh) Ketua RT, mengetahui Kepala Desa dan Bapak Camat. Intinya, kita menolak wacana tempat ngaben versi umat Buddha dan kremasi,” katanya.

Kemudian dilanjutkan pertemuan pada Selasa (15/4) malam yang dihadiri tokoh masyarakat serta pemuda. Dalam pertemuan tersebut warga kembali bersepakat menolak pelaksanaan kremasi dilangsungkan di wilayah Ngaran.

“Alasan menolak, satu kalau kita toleransi kan umatnya banyak. Kalau Walubi, kita menghormati mereka, tapi ini kan niatannya personal, orang, pribadi. Bukan umat banyak. Kenapa sih kok harus mengorbankan orang yang banyak,” ujarnya kepada awak media usai pertemuan.

“(Alasan lain) Intinya kan adat budayanya. Bahwa (permukiman) Muslim semua, nanti takutnya timbul unsur SARA. Kita hindari itu, jangan sampai menjadi hal itu,” ujarnya.

Soal usulan di Bukit Dagi, katanya, pihaknya akan mendorong.

Monggo silakan (di Bukit Dagi). Dan warga akan tetap mendukung. Enggak masalah,” kata Maryoto.

Kremasi di Lahan Persawahan

Dalam pertemuan tersebut, Ketua DPD Walubi Jawa Tengah Tanto Soegito Harsono mengonfirmasi rencana kremasi almarhum Murdaya Poo. Pihaknya menyampaikan pernah datang ke rumah Kepala Dusun Ngaran.

“Bapak Murdaya adalah Ketua Pengawas DPP Walubi, suami dari Ibu Hartati Murdaya sebagai Ketua Umum DPP Walubi. Memang pada saat awalnya, saya beserta Pak Oskar dan Pak Basli waktu itu pernah matur ke Pak Kadus. Waktu itu, kontak dengan Pak Lurah, juga dengan Pak RT (mungkin sedang sibuk) enggak bisa ketemu. Akhirnya, hanya ketemu dengan Pak Kadus,” kata Tanto dalam pertemuan tadi.

Saat itu, Tanto mengaku hanya bercerita karena yang bersangkutan masih hidup. Belum ada kepastian apakah kremasi akan dilaksanakan di Borobudur atau Jakarta.

“Saat itu, masih sama-sama belum tahu hanya gambaran (dijajaki). Kita cerita dengan Pak Kadus dan memberikan masukan (akan disampaikan) pada penduduk,” imbuhnya.

“Tidak semua umat Buddha bisa dikremasi pakai kayu. Dan kayu itu pun bukan kayu biasa adalah campuran kayu cendana. Karena di Indonesia kayu cendana, kalau di luar negeri mungkin ada gaharu juga, tapi di sini susah cari gaharu. Sehingga nanti kayu biasa dicampur dengan kayu cendana. Itulah rencana kami dari DPP Walubi,” kata Tanto.

Pertemuan disebut berlangsung alot dan tidak ada kesepakatan hingga pertemuan berakhir.

“Sore ini belum bersepakat, jadi kita sepakat melanjutkan forum ini. Jadi forum musyawarah ke depan,” kata Bupati Magelang Grengseng Pamuji.

Sedangkan Camat Borobudur, Subiyanto mengatakan, permasalahan ini akan dilanjutkan dalam pertemuan yang kedua. Pihaknya pun menyinggung pula soal usulan di Bukit Dagi Borobudur.

“Itu, salah satu usulan dari Pak Abbed yang merupakan tokoh FKUB juga. Dan itu, salah satu solusi. Solusi ketika plan satu tidak tercapai, bisa plan dua. Nuwun sewu, mudah-mudahan itu diamini semuanya,” kata Subiyanto.

“Kalau yang kita lihat yang diperlukan keluarga itu mandala Borobudur. Dan mandala Borobudur itu kan ada di sekeliling (candi) Borobudur. Itu (Bukit Dagi), lebih dekat daripada yang ada di lokasi pertama (Ngaran). Di puncak ketinggian di dekat Candi Borobudur dan ada yurisprudensi yang sudah pelaksana. Dulu ada Bante Win yang dikremasi di situ,” pungkasnya.

Baca berita lengkapnya di sini.

(tim/dal)


[Gambas:Video ]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *