Pemilu Jepang Dimulai, Pengaruh Partai Penguasa 7 Dekade Goyah




Jakarta, Indonesia

Jepang resmi menggelar Pemilihan Umum pada Minggu (27/10). Pemilu kali ini dilaporkan berlangsung ketat dengan partai raksasa Liberal Democratic Party (LDP) terancam mendapatkan hasil terburuk sejak 2009.

Jajak pendapat menunjukkan partai konservatif LDP dan koalisi juniornya berisiko gagal menjadi peraih mayoritas. Hasil tersebut akan memberikan pukulan telak bagi PM Jepang saat ini, Shigeru Ishiba, yang juga presiden partai tersebut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan menteri pertahanan tersebut menjabat pada awal Oktober, dan menyerukan pemilihan umum setelah menang tipis untuk memimpin partai yang sudah memerintah Jepang selama tujuh dekade terakhir.

Namun para pemilih di negara ekonomi terbesar keempat dunia itu disebut kesal dengan kenaikan harga dan dampak dari skandal dana gelap partai yang menenggelamkan PM sebelumnya, Fumio Kishida.

“Kami ingin memulai dari awal sebagai partai yang adil, jujur, dan tulus, dan mencari mandat dari Anda semua,” kata Ishiba kepada para pendukungnya pada Sabtu (26/10).

Ishiba berjanji merevitalisasi daerah pedesaan yang tertekan dan untuk mengatasi kedaruratan populasi Jepang yang menurun melalui kebijakan yang ramah keluarga, seperti jam kerja fleksibel.

Namun ia juga menarik diri dari sejumlah isu, salah satunya mengizinkan pasangan yang sudah menikah mengambil nama keluarga yang berbeda. Ia pun cuma memilih dua menteri perempuan di kabinetnya.

Ishiba pun mendukung pembentukan aliansi militer regional seperti NATO untuk melawan China, meski ia menyebut hal tersebut “tidak akan terjadi dalam semalam”.

Sebuah jajak pendapat pada Jumat (25/10) oleh media Yomiuri Shimbun menunjukkan, LDP dan mitra koalisinya, Komeito, mungkin akan kesulitan mendapatkan 233 kursi majelis rendah yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas di parlemen.

Bila ambang batas tersebut tak tercapai, posisi Ishiba akan terpuruk dan mesti mencari mitra koalisi lain atau memimpin pemerintahan minoritas.

Media lokal berspekulasi bahwa Ishiba berpotensi mengundurkan diri segera sebagai langkah tanggung jawab. Bila itu terjadi, ia akan menjadi perdana menteri Jepang paling singkat dalam periode pascaperang.

Sejauh ini, rekor tersingkat masih dipegang oleh Naruhiko Higashikuni yang menjabat 54 hari. Higashikuni mundur tepat setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II pada 1945.

Di banyak distrik, kandidat LDP bersaing ketat dengan kandidat dari Constitutional Democratic Party (CDP) yang menjadi partai terbesar kedua di parlemen pimpinan mantan perdana menteri populer, Yoshiko Noda.

“Politik LDP adalah menerapkan kebijakan dengan cepat bagi mereka yang memberikan banyak uang,” kata Noda saat berkampanye pada Sabtu (26/10). “Namun mereka yang berada dalam posisi rentan, yang tidak dapat memberikan uang, diabaikan,”

Namun pengamat politik dari Ritsumeikan University, Masato Kamikubo, menilai sikap Noda “agak mirip dengan LDP” dan menyebut Noda aslinya adalah seorang konservatif.

“CDP atau Noda menjadi alternatif bagi LDP. Banyak pemilih yang berpikir demikian,” kata Kamikubo.

Ishiba sendiri berjanji tidak akan mendukung kandidat LDP yang maju dalam pemilihan dan terlibat dalam skandal pendanaan. Menurut warga Jepang, skandal tersebut menjadi faktor menentukan atas LDP.

“LDP sudah berkuasa terlalu lama. Saya melihat kesombongan di sana,” kata warga Jepang bernama Hitomi Hisano yang berusia 69 tahun. “Jadi sebagian dari diri saya ingin menghukum mereka,”

“Namun tidak ada partai lain yang cukup dapat diandalkan untuk memenangkan suara saya,” lanjutnya.

(AFP/end)


[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *