Jenazah Ricky Siahaan Masih di Tokyo, Tunggu Prosedur Pemulangan
Jakarta, Indonesia —
Jenazah Ricky Siahaan masih di Tokyo sejak sang musisi dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (19/4) waktu Jepang. Mendiang gitaris Seringai itu belum kembali ke Indonesia karena harus melewati serangkaian prosedur sesuai regulasi di Jepang.
Wendi Putranto, manajer Seringai, mengatakan proses pemulangan itu memakan waktu lantaran kematian Ricky yang mendadak, sehingga harus melalui rangkaian clearance alias perizinan yang panjang dan teliti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Prosedur clearance untuk kematian WNA secara mendadak cukup panjang dan sangat teliti di Jepang, makanya memakan waktu,” ungkap Wendi, seperti diberitakan detikcom pada Senin (21/4).
“Di Jepang prosedurnya cukup ketat bila terjadi kematian WNA,” sambungnya.
Wendi kemudian menjelaskan sebagian rombongan Seringai sudah kembali ke Indonesia. Mereka merupakan kru yang mendampingi Seringai saat tur luar negeri, termasuk di Tokyo.
Sementara itu, istri Ricky Siahaan disebut sudah tiba di Jepang untuk mengurus proses pemulangan mendiang suaminya. Para personel Seringai juga bertahan di Tokyo untuk mendampingi keluarga hingga Ricky bisa pulang ke Jakarta.
“Hari ini yang akan pulang duluan ke Tanah air itu tiga orang kru dan perlengkapan band. Para anggota band semuanya stay di Tokyo untuk mendampingi istri almarhum,” jelasnya.
“Hanya istri almarhum saja [yang menyusul ke Tokyo], tiba kemarin sore di Tokyo,” sambung Wendi.
Ricky Siahaan meninggal dunia setelah tampil bersama Seringai dalam sebuah pertunjukan di Tokyo, Jepang. Penampilan itu menjadi salah satu rangkaian tur Seringai Wolves of Asia Tour di Taiwan dan Jepang.
Kabar kematian Ricky Siahaan pertama kali terungkap ketika dibagikan oleh kalangan musisi. Seringai melalui akun resmi media sosial kemudian mengumumkan sang gitaris berpulang beberapa waktu setelahnya.
“Ricky Siahaan has left the stage. Gitaris kami, sahabat kami, saudara kami, Ricky, telah berpulang secara mendadak setelah menyelesaikan set di penutupan tur kami di Tokyo, Jepang,” tulis @seringai_official, Minggu (20/4).
“Ricky meninggalkan dunia ini dengan sesuatu yang dia cintai: bermain musik keras dengan maksimal,” lanjutnya.
Ricky semasa hidupnya dikenal sebagai musisi, produser, hingga jurnalis. Sebelum bersama Seringai, Ricky tercatat pernah membentuk band hardcore Stepforward.
Selain itu, Ricky juga sempat malang melintang di dunia media massa. Pada tahun 2002, Ricky menjadi produser di stasiun radio MTV on Sky, yang kemudian berubah nama menjadi Trax FM.
Kemudian, pada tahun 2005, Ricky mulai bekerja sebagai editor di majalah Rolling Stone Indonesia.
Kuartet high octane rock asal Jakarta ini sebelumnya menggelar tur konser mereka ke kawasan Asia Timur. Tur ini berlangsung selama 11 hari, mulai dari 10 hingga 21 April.
Seringai memulai tur ke Taiwan, sebelum tampil di Gekiko Festival, sebuah festival musik ekstrem metal di Jepang.
(frl/chri)