Profil Muhammad Qodari, Peneliti yang Dipilih Prabowo Jadi Wakil KSP




Jakarta, Indonesia

Presiden RI periode 2024-2029 Prabowo Subianto menunjuk Muhammad Qodari sebagai Wakil Kepala Staf Kepresidenan. Proses pelantikan Kabinet Merah Putih akan dilakukan pada hari ini, Senin (21/10), mulai pukul 10.00 WIB.

Sebelum ditunjuk, Qodari bersama sejumlah tokoh politik dan kalangan profesional lain sempat mengikuti pembekalan calon wakil menteri di rumah kediaman Prabowo di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/10) lalu.

Qodari dikenal sebagai pengamat politik dan peneliti. Ia kerap kali menjadi narasumber dan tak jarang juga muncul di televisi untuk membahas isu-isu politik Tanah Air.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 15 Oktober 1973 itu merupakan pendiri Indo Barometer, lembaga riset yang memotret perilaku sosial-politik masyarakat Indonesia secara berkala. Lembaga ini dibentuk pada November 2006 silam.

Sebelum mendirikan Indo Barometer, Qodari sempat menjadi Wakil Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada Juli 2005-Oktober 2006 dan Direktur Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Juli 2003-Juni 2005.

Qodari menempuh pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Indonesia (UI). Ia mengambil jurusan bidang Psikologi Sosial.

Setelah itu, Qodari menekuniPolitical Behaviordi University of Essex, Inggris, untuk gelar S2. Selanjutnya, ia mendapatkan gelar Doktor Ilmu Politik tahun 2016 di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan predikat yang sangat memuaskan.

Qodari mengangkat “Split-Ticket Votingdan Faktor-faktor yang Menjelaskannya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Indonesia Tahun 2014” di dalam disertasinya.

Dalam kehidupan politiknya, Qodari mengambil bagian ke dalam Kelompok Relawan Jokowi-Prabowo (Jokpro) sebagai penasihat.

Saat itu, ramai isu jabatan tiga periode Presiden Jokowi. Relawan ini salah satu pihak yang mendukung wacana tersebut.

Adapun Qodari sempat melempar wacana Jokowi-Prabowo untuk Pemilu 2024.

“Buat saya bukan Jokowi tiga periode. Sebetulnya, saya membayangkan dan antisipasi bahwa Pemilu 2024 nanti capresnya itu berpasangan Jokowi dengan Prabowo. Jadi tepatnya Jokowi-Prabowo 2024, itu tagline saya. Saya proklamirkan nih, Jokowi-Prabowo 2024,” kata Qodari.

Dia mengungkapkan salah satu alasan mendukung Jokowi berpasangan dengan Prabowo adalah untuk menghindari polarisasi politik kembali terjadi di tengah masyarakat.

Qodari khawatir polarisasi politik seperti yang terjadi di Pilpres 2014, Pilkada DKI Jakarta 2017, serta Pilpres 2019 kembali terulang.

(ryn/asa)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *