Jakarta, Indonesia —
Saat Sir Alex Ferguson memutuskan pensiun sebagai pelatih, kekhawatiran akan nasib Manchester United sudah merebak. Namun ternyata nasib MU jauh lebih buruk dibanding kekhawatiran yang pernah dirasakan para suporter mereka.
Ferguson pergi dari MU dengan memberikan gelar terakhir untuk ‘Setan Merah’. Saat Ferguson pergi, jelas pondasi tim MU masih solid. David Moyes yang jadi pengganti diberi warisan skuad juara.
Namun ternyata David Moyes gagal. Tak mudah memang menangani tim sebesar MU. Terlebih benar-benar jadi pelatih tepat setelah Ferguson pergi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelatih dengan nama besar mulai berdatangan. Louis van Gaal, Jose Mourinho, Ralf Rangnick, Erik Ten Hag, hingga kini Ruben Amorim. Alumni skuad Setan Merah seperti Ole Gunnar Solskjaer juga sudah mendapat kesempatan untuk jadi arsitek tim.
Dari deret nama hebat itu, hampir semua punya pola yang sama. Datang dengan harapan besar dan kemudian pergi dengan cerita sama yang berulang, gagal memenangkan Liga Inggris di pengujung musim.
Hal lain yang membuat fakta kesedihan di balik puasa gelar MU yang sudah berjalan 12 tahun ini adalah MU tidak mengalami kendala terkait finansial.
MU tidak seperti Arsenal yang puasa gelar karena uang yang mereka miliki sempat difokuskan untuk pembangunan Stadion Emirates. MU tidak seperti Liverpool yang kondisi finansialnya sempat loyo dan tidak bisa membangun skuad yang mentereng.
Sejak 2013, MU tidak pernah kekurangan dalam hal transfer pemain. Mereka tidak pernah berada pada situasi seperti yang pernah dialami oleh Liverpool dan Arsenal.
MU selalu punya modal besar untuk mendatangkan pemain dan pelatih berkualitas. Terlepas dari Keluarga Glazers sebagai pemilik MU yang dinilai banyak membuat kebijakan aneh dan merugikan MU, ‘Setan Merah’ selalu dapat pasokan finansial yang solid untuk membeli pemain.
Lihat saja pembelian fantastis MU sejak 2013 dengan harga tinggi mulai dari Angel Di Maria, Paul Pogba, Romelu Lukaku, Harry Maguire, Bruno Fernandes, Antony, Casemiro, hingga Andre Onana dan Rasmus Hojlund. Dikutip dari transfermarkt, deret 15 pemain termahal MU semua terjadi sejak era Ferguson pergi.
Dengan pemain bintang datang tiap musim, MU bukan saja tidak berhasil merebut gelar juara Liga Inggris. Membangun fondasi tim solid pun sejauh ini bisa dibilang belum tampak terlihat dari tubuh MU.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Ruben Amorim datang ketika musim ini berjalan. Banyak yang yakin dengan sentuhan ajaib Amorim. Amorim punya peran besar di balik kegemilangan Sporting Lisbon.
Namun nyatanya, sihir Amorim tidak langsung bekerja dengan efektif di MU. Di tangan Amorim, MU malah makin terpuruk.
MU di tangan Amorim memecahkan sejumlah rekor buruk termasuk soal posisi finis. MU di musim ini bukan hanya sekadar tak mampu bersaing menuju gelar juara. MU bahkan tidak bisa sekadar masuk 10 besar. ‘Setan Merah’ benar-benar lebih dekat dengan jurang degradasi dibanding dengan papan atas.
Awal MU babak belur di tangan Amorim, masih banyak suporter yang memberikan pemakluman. Musim ini dianggap sebagai musim adaptasi sebelum Amorim benar-benar membangun tim musim depan. Namun posisi finis yang mendekati zona degradasi ini tentu jelas jadi hal yang jauh di luar perkiraan terburuk suporter Manchester United.
Soal pergantian pelatih ini yang juga jadi masalah MU dalam beberapa tahun terakhir. Solskjaer yang mulai membangun tim kemudian digantikan oleh Erik Ten Hag.
Ten Hag lalu membangun tim berdasarkan filosofi yang ia percaya. Sejumlah pemain dibeli sesuai kebutuhan Ten Hag. Namun Ten Hag sudah dipecat dan kini kursi pelatih dimiliki Amorim.
Di musim depan, Amorim bakal diberikan kewenangan untuk membeli pemain yang dirasa sesuai dengan kebutuhan strategi miliknya. Pemain-pemain lama bakal dijual.
[Gambas:Photo ]
Hal ini membuat langkah puasa gelar MU selama 12 tahun ini tidak berjalan kemana-mana. Sudah puasa gelar, MU belum juga punya pondasi tim yang solid seiring pelatih yang berganti. MU kalah dalam hal membangun ulang tim dari Liverpool, Arsenal, dan Chelsea. Harapan meraih gelar Liga Inggris terasa masih jauh.
Liverpool yang sempat khawatir kembali masuk ke periode kelam usai Jurgen Klopp pergi ternyata tidak mengalami masalah berarti dalam proses transisi. Mereka sudah bersiap menyambut gelar liga musim ini, sekaligus menyamai rekor 20 gelar milik MU.
Arsenal memang belum bisa kembali juara. Namun skuad mereka terbilang kompetitif dalam tiga musim terakhir dan bisa bersaing di papan atas.
Chelsea pun sejak era Roman Abramovich berakhir mulai membangun ulang kekuatan. Mereka banyak belanja pemain baru. Meski belum terlihat ada di level terbaik, The Blues setidaknya mengalami grafik peningkatan dibanding MU.
Dengan gambaran itu, Amorim memang tidak punya banyak waktu untuk berkilah dalam proses adaptasi. Di sisi lain, MU juga mesti mengukur waktu yang tepat dan tidak tergesa-gesa terus melakukan pergantian pelatih.
Bila hal itu yang terjadi, MU akan terjebak dalam lingkaran membangun ulang tim dan proses adaptasi. Bila itu yang terjadi, usia puasa gelar Liga Inggris yang saat ini dijalani MU bisa terus bertambah.
[Gambas:Video ]