Pemerintah Pantau Sekolah Tatap Muka Lewat Tes Acak



Jakarta, Indonesia —

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyebutkan pihaknya menerapkan sistem tes acak pada siswa untuk mendukung sistem pembelajaran tatap muka atau PTM.

Kini PTM telah dilaksanakan di sejumlah sekolah secara bertahap untuk menggantikan sistem belajar daring yang diterapkan selama pandemi Covid-19.

Protokol kesehatan dengan metode random checking atau tes acak dilakukan karena tidak semua siswa membawa ponsel ke sekolah untuk menggunakan aplikasi PeduliLindungi yang selama ini digunakan untuk surveillance atau pengawasan penyebaran Covid-19.

“Enggak semua murid bawa handphone jadi enggak bisa pake PeduliLindungi. Kita ganti prokesnya, kita ada random checking di masing-masing sekolah,” kata Budi dalam acara Webinar Kesehatan Nasional yang diadakan secara daring oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Sabtu (13/11).

Pada protokol kesehatan tersebut akan dilakukan random checking atau tes acak pada 10 persen siswa dari sekitar 140 ribu sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka.

“Jadi ada sekitar 140 ribu lebih sekolah, 25 juta siswa kita setiap bulan lakukan surveillance. Setiap bulan secara random 10 persen kita tes,” jelas Budi.

Kemudian jika hasil tersebut akan masuk ke database Kementerian Kesehatan dan diolah untuk menentukan tindakan berikutnya.

Jika kasus positif dari hasil tes berada di bawah 1 persen, maka yang perlu melakukan isolasi hanya pasien yang terkonfirmasi positif dan sekolah bisa berjalan seperti biasa.

Namun jika lebih dari itu, maka kegiatan pembelajaran tatap muka akan dihentikan selama 2 pekan hingga 15 hari.

“Kita sudah bikin aturan kalo di bawah 1 persen dari populasi yang kita random tes, orang itu saja yang perlu diisolasi, sekolahnya tetap bisa berjalan,” kata Budi.

“Tapi kalo 1-5 persen, satu kelas itu mesti tutup selama 14 hari, kalo di atas 5 persen sekolahnya itu kita tutup dulu 15 hari perbaiki, protokol kesehatannya, kemudian baru kita buka lagi,” tambahnya.

Pembelajaran tatap muka bagi siswa dan siswi sekolah mulai dilakukan karena kasus Covid-19 terkonfirmasi di Indonesia mulai mengalami penurunan di angka yang signifikan.

Hal ini disebut sebagai hasil dari proses vaksinasi yang gencar dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Budi mengatakan saat ini Indonesia menjadi negara dengan ranking kelima pada tingkatan vaksinasi dunia dengan 128 juta dosis yang telah dikeluarkan untuk vaksin dosis pertama, dari total 209 juta dosis yang telah keluar.

Bahkan pada awal Oktober hingga awal November 2021 lalu, angka vaksinasi di Indonesia mencapai 50 juta vaksin hanya dalam rentang waktu satu bulan.

Budi memperkirakan akhir tahun ini Indonesia bisa mencapai 290 juta dosis vaksin yang didistribusikan ke masyarakat luas.

“Perkiraan sampai akhir tahun kita bisa sampai 290 juta dosis, dosis pertamanya 168 juta atau 80 persen populasi, dosis kedua 124 juta atau 59 persen populasi,” pungkas Budi.

(lnn)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *