Alasan Oppo A95 Meluncur Tak Pakai 5G
Oppo membeberkan alasan ponsel kelas menengah Oppo A95 yang meluncur Kamis (19/11) tidak dilengkapi dengan jaringan 5G.
Menurut PR Manager Oppo Indonesia, Aryo Meidianto hal itu dilakukan karena Oppo A95 dilego untuk konsumen Indonesia, bukan hanya konsumen Pulau Jawa. Sebab, saat ini jaringan 5G yang sudah tersedia dan belum dikomersilkan baru tersedia di beberapa kota di Jawa.
“OPPO A95 diperuntukkan untuk konsumen Indonesia, bukan hanya Jawa. Kami melihat 5G saat ini belum merata di Indonesia,” kata Aryo Meidianto, PR Manager Oppo Indonesia pada acara peluncuran Oppo A95 di Ritz Carlton Hotel Pacific Place, Jakarta, Kamis (18/11).
Pernyataan tersebut dikemukakan Aryo kala menanggapi pertanyaan mengenai pilihan chipset yang diberikan pada ponsel kelas mid-range terbaru mereka.
Dalam acara perilisan Oppo A95, Aryo juga sempat mengomentari angka capaian kuartal tiga dari lima produsen ponsel Android di Indonesia yang dirilis oleh lembaga riset Canalys.
Lembaga riset Canalys sebelumnya merilis daftar yang menunjukkan peringkat pabrikan ponsel Android di Indonesia berdasarkan market share atau angka pengapalan.
Pada daftar tersebut Vivo menempati posisi pertama dengan capaian 23 persen, dan Oppo menyusul di peringkat berikutnya hanya terpaut satu persen.
Menanggapi daftar tersebut, Aryo mengklaim angka tersebut hanya angka impor, bukan angka penjualan. Sehingga hasil riset tersebut tidak benar-benar bisa menunjukkan posisi dari pabrikan-pabrikan ponsel ini di pasar Indonesia.
Sebelumnya firma riset pasar Canalys untuk Top Smartphone Vendors Kuartal-III 2021 berdasarkan data pengapalan smartphone -smartphone tersebut.
Segi penjualan, Aryo mengaku Oppo mengalami peningkatan pada 2021 dibanding 2020. Aryo menyebut salah satu yang mungkin jadi penyebab kenaikan ini adalah biaya yang biasanya dikeluarkan untuk aktivitas bisa ditabung karena masyarakat harus diam di rumah.
Meski tidak secara pasti menyebutkan berapa angka peningkatan penjualannya, Aryo mengatakan sejumlah ponsel di rentang harga satu hingga juta cukup menjadi primadona di masa-masa Work From Home (WFH) dan Study From Home (SFH).
“Saat itu (masa WFH dan SFH) yang paling laku dari rentang 1 sampe 3 juta, apalagi yang memiliki layar lebar,” ujarnya.
(lnn/eks)