Warga di Pemusnahan Amunisi Kumpulkan Sisa Logam Bernilai Jual
Jakarta, Indonesia —
Kapuspen TNI Kristomei Sianturi membeberkan alasan warga sipil turut menjadi korban ledakan amunisi kedaluwarsa di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Kristomei menyebut ada 9 warga sipil dari total 13 korban meninggal dunia. Lokasi peristiwa itu merupakan milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Garut yang diklaim sebagai tempat biasa TNI memusnahkan amunisi.
“Informasi yang kami dapat, kebiasaan yang ada, adalah apabila setelah peledakan itu masyarakat mendekat,” kata Kristomei dalam wawancara dengan TV, Senin (12/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kenapa mereka mendekat? Dalam rangka untuk mengambil sisa-sisa serpihan logam, tembaga, besi dari munisi-munisi yang sudah diledakkan tadi. Karena itu punya nilai jual,” tuturnya.
Kristomei menekankan tim akan menginvestigasi kenapa sampai ada korban jiwa dalam peledakan tersebut. Terlebih, Kepala Gudang Puspalad Kolonel Cpl Antonius Hermawan juga ikut gugur dalam kejadian.
“Mungkin buru-buru sudah mendekat, ternyata masih ada munisi yang barangkali belum meledak. Sehingga mengakibatkan adanya jatuh korban, tapi itu semua akan kita dalami setelah tim investigasi betul-betul mendalami tentang peristiwa ini,” tegasnya.
“Ini kan bermacam amunisi, MKK, MKB. Contohnya, pistol, SS1, kaliber 5.56, kaliber 7.62, granat, granat tangan, mortir, dan sebagainya,” rincinya soal amunisi yang dimusnahkan di Garut.
Kapuspen TNI Kristomei menyebut korban meninggal lainnya adalah 4 prajurit TNI AD. Ia menyebut keempatnya akan disemayamkan di Puspalad.
Sedangkan 9 warga sipil yang meninggal dunia akan dikembalikan ke keluarga untuk dimakamkan dengan bantuan aparat terkait.
Ledakan ini terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Senin (12/5) pagi. Ini terjadi dalam kegiatan pemusnahan amunisi tidak layak atau kedaluwarsa yang digelar TNI.
(skt/dal)