5 Hal Penting Soal Campur Vaksin Covid-19 untuk Booster
Jakarta, Indonesia —
Pemberian booster vaksin saat ini banyak diberikan untuk tenaga kesehatan untuk meningkatkan kekebalan terhadap Covid-19.
Vaksinolog Sukamto Koesno menyebut kekebalan yang dirangsang oleh vaksin pada waktu tertentu akan turun. Sehingga, dibutuhkan booster diperlukan untuk meningkatkan antibodi tersebut.
Ketua Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia Zubairi Djoerban menyatakan, vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster bisa dilakukan menggunakan stok yang tersedia.
Booster dapat memakai vaksin yang sama pada dua dosis terdahulu, atau dengan merek yang berbeda. Zubairi menegaskan, vaksin booster yang disuntikkan 6 bulan setelah dosis kedua adalah penting.
Saat ini di dunia terdapat dua pilihan utama untuk melakukan booster yaitu dengan vaksin messenger ribonucleic acid (mRNA) dari Pfizer-BioNTech dan Moderna atau vaksin inactivated virus dari Sinovac dan Sinopharm.
Apakah Pencampuran Vaksin Buat Booster Ampuh?
Data hasil penelitian pencampuran vaksin dari studi di beberapa negara menyebut mengambil merek vaksin lain untuk dosis booster dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap virus corona.
Salah satu negara yang sudah melakukan penelitian terkait pencampuran vaksin untuk booster adalah Singapura. Negara ini dalam empat bulan terakhir sengaja memberikan campuran jenis vaksin Covid-19 berbeda untuk booster.
Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung pada Senin (15/11) mengatakan Departemen Kesehatan setempat menemukan bahwa orang yang mendapatkan dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech, kemudian ditambah dosis booster dengan Moderna, ternyata lebih ampuh ketimbang booster menggunakan Pfizer lagi.
Sedangkan Sinovac di Singapura tidak direkomendasikan sebagai booster, kecuali individu tersebut memiliki alergi atau secara medis tidak memenuhi syarat untuk vaksin mRNA.
Amankah Mencampur vaksin untuk booster?
Studi AS menyimpulkan bahwa tidak ada masalah terkait keamanan yang diidentifikasi dalam campur-campur vaksin. Sekaligus menggemakan penelitian awal tentang suntikan pertama dan kedua yang heterolog.
Sebuah kelompok kerja keamanan vaksin di bawah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS juga menyimpulkan dalam presentasi bulan Oktober bahwa menggunakan vaksin yang berbeda untuk booster tidak menimbulkan risiko keamanan tambahan.
Assoc Prof Hsu mengatakan bahwa mungkin ada lebih banyak efek samping “reaktogenik” yang ditimbulkan dari memcampur-campur vaksin ini. Reaktogenik adalah efek samping berupa kelelahan, nyeri lengan atau demam, yang mungkin agak lebih buruk dengan mencampurkan vaksin.
Sementara menurut Profesor pengobatan Monica Gandhi dari Universitas California menyebut mereka yang sudah disuntik dengan vaksin adenovirus (seperti AstraZeneca dan J&J ada baiknya mendapat booster vaksin mRNA (seperti Pfizer), seperti dilansir Medical News Today.
Bagaimana Kerja Booster Vaksin?
Profesor Antonio Bertoletti di Duke-NUS Medical School mencatat bahwa menggabungkan dua jenis vaksin juga dapat memiliki efek positif, seperti dalam kasus vaksin Ebola dan beberapa vaksin lain.
“Dulu, untuk vaksin HIV (human immunodeficiency virus) atau hepatitis B, sudah terlihat bahwa mencampur dua vaksin yang berbeda lebih baik dalam hal imunogenisitas,” katanya.
Sederhananya, jenis vaksin yang berbeda dirancang untuk mendorong pengembangan antibodi terhadap Sars-CoV-2 secara berbeda.
“Vaksinasi heterolog (dua vaksin berbeda) berarti Anda merangsang (sistem kekebalan) dengan cara yang berbeda sehingga Anda mendapatkan campuran yang lebih beragam dari sel imun. Setidaknya itu secara teori,” ujar Dr Asok Kurup, Kepala Academy of Medicine’s Chapter of Infectious Disease Physicians.
Persentase Khasiat Campuran Vaksin Covid-19 untuk Booster