Campur Vaksin untuk Booster Secara Prinsip Aman
Peneliti Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio menyebut pada prinsipnya campur atau ganti jenis vaksin Covid-19 untuk booster aman.
Amin mengatakan vaksin mana saja yang sudah memiliki izin edar untuk digunakan tidak masalah untuk dijadikan vaksin booster, sekalipun berbeda dengan vaksin yang sebelumnya diberikan di dua dosis utama.
“Booster pada prinsipnya pakai vaksin mana saja boleh. Itu bisa pakai vaksin mana saja karena tujuannya untuk meningkatkan antibodi yang sudah ada sebelumnya,” kata Amin kepada Indonesia.com, Jumat (19/11).
“Biasanya, booster diberikan 6-8 bulan setelah suntikan dosis kedua. Terpenting, kapan vaksin ada dan sudah waktunya diberikan,” lanjutnya.
Lebih lanjut Amin menjelaskan sebenarnya sampai saat ini belum ada kajian lengkap waktu terbaik untuk pemberian vaksin booster. Sebab, khususnya di Indonesia, saat ini yang lebih diutamakan adalah bukan booster, melainkan penyelesaian vaksin dosis pertama dan kedua.
“Vaksin dosis pertama saja belum banyak yang menerima, apalagi kedua, apalagi booster. Jadi booster vaksin untuk Covid-19 itu belum jadi prioritas,” ujarnya.
Indonesia juga disebut Amin sampai saat ini belum memiliki data terkait hasil campur-campur vaksin Covid-19 untuk booster, sehingga masih mengacu pada penelitian yang dilakukan di luar negeri .
Amin tak menutup kemungkinan dalam beberapa bulan ke depan Indonesia sudah memiliki hasil penelitian terkait studi intensif soal campuran vaksin Covid-19 untuk booster.
Menyoal efek samping dari booster vaksin, Amin mengatakan kemungkinan akan sama seperti dirasakan seperti suntikan dosis vaksin pertama maupun kedua. Mulai dari timbul demam dan pegal-pegal.
“Tapi sejauh ini sebagian besar aman untuk campuran vaksin di booster,” sebut Amin.
Terpisah, Ahli Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Utomo juga memastikan bahwa umumnya pemberian vaksin booster yang berbeda dengan vaksin di dua dosis sebelumnya tidak ada masalah.
Menurutnya, apapun booster vaksin yang dipakai akan memberikan proteksi lebih tinggi kepada penerima.
Belum Terlalu Dibutuhkan
Hanya saja saat ini booster dirasa masih belum terlalu dibutuhkan. Pasalnya, dua dosis vaksin yang sudah diberikan sebelumnya di Indonesia disebut sudah cukup aman untuk memproteksi masyarakat dari paparan virus corona, termasuk varian delta.
“Pada waktu geombang delta kemarin, yang diserang itu mereka yang belum vaksin. Semua jenis vaksin yang diberikan di Indonesia sejauh ini masih aman memberikan proteksi.”
“Hanya saja, cakupan vaksin di banyak negara masih rendah, jadi harus mendahulukan mereka-mereka yang belum divaksin. Seperti di Indonesia, kita haus memikirkan konsep equity atau kesamarataan karena banyak yang belum dapat doa dosis vaksin sebelumnya,” jelas Ahmad Rusdan.
Terpenting yang perlu diingat, lanjut Ahmad Rusdan, pemberian dua dosis vaksin termasuk booster bukan untuk menurunkan efektivitas infeksi dan penularan. Tapi untuk mengurangi pasien dengan risiko berat, masuk rumah sakit dan kematian.
“Keputusan pemakaian booster berdasarkan ilmu sesuai data. Jadi misalnya pemberian vaksin pertama untuk lansia itu Maret, akan dilihat Maret tahun depan, apakah masih efektif vaksinnya? Indikasinya apa, jumlah lansia yang sudah divaksin masuk rumah sakit atau muncul risiko berat. Jadi penentuannya nanti,” terang Ahmad Rusdan.
(ttf/fjr)