Gurih Renyah Kentang Mustofa, Takhta Tertinggi Lauk Jemaah Haji RI
Makkah, Indonesia —
Jamaah haji Indonesia dijamin dengan ransum tiga kali sehari dilengkapi buah dan air minum cukup. Katering ini sangat penting untuk memastikan kondisi kesehatan jamaah tetap prima untuk memastikan semua prosesi haji bisa dilaksanakan.
Agar jamaah mau atau bisa mengonsumsi katering yang dihidangkan, lauk-pauk tentu harus sesuai selera.
Di antara barisan lauk yang dihidangkan untuk jamaah haji RI, ada nama kentang mustofa, salah satu lauk paling populer saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saking populernya makanan lauk berbahan utama kentang ini, mustofa juga dihidangkan sebagai bagian dari menu harian untuk jamaah haji di Makkah dan Madinah. Bersama lauk lain seperti ayam goreng dan menu lain tentunya.
Beberapa tahun terakhir kentang mustofa menempati takhta sebagai lauk kering paling populer di antara jamaah haji Indonesia. Orek kentang ini mengalahkan abon, rendang, kering tempe, sambel bawang, bawang goreng, teri kacang, chili oil dan beberapa nominasi minor lain.
Bentuknya yang panjang tipis irisan korek api, dengan bumbu dan bentuk yang kering dan awet mungkin membuat mustofa ideal sebagai alternatif lauk.
Bukan cuma di darat, di udara maskapai Saudia Airlines yang membawa rombongan jamaah RI juga menyediakan kentang mustofa.
Kesuksesan mustofa kemungkinan besar ditunjang oleh popularitasnya yang super kencang di dunia virtual. Ada ratusan versi resep mustofa – mau yang garing, yang bumbunya meresap, yang anti melempem, atau tahan sampai sekian bulan ada semua.
Varian yang dijual di marketplace juga banyak: versi original, krispi, pedas daun jeruk, manis pedas, mix teri kacang, mix ebi, bahkan mustofa tanpa rasa yang diklaim “cocok untuk lansia dan balita”.
Ada yang digoreng biasa ada juga yang menawarkan lebih sedikit residu kolesterol dengan mustofa panggang. Salah satu produk terlaris menurut marketplace adalah versi “pedas manis kayak kamu”.
Opo Mustofa, yang disebut-sebut sebagai koki istana Era Presiden Sukarno dan inventor kentang mustofa pasti bangga melihat karyanya jadi bagian identitas kuliner bangsa Indonesia.
Tapi tidak semua kisah kentang mustofa bernada gembira. Dari kisah jamaah, seorang calon haji perempuan asal sebuah kabupaten di Jawa Barat terpaksa merelakan gamis putih kesayangan yang sedianya akan dipakai untuk puncak agenda haji di Arafah karena rusak. Gamis disimpan dalam koper bersama puluhan benda lain termasuk si lauk kesayangan, kentang mustofa.
Dasar nasib, rupanya tutup toples tak direkatkan dengan rapat sehingga sebagian isinya bocor keluar termasuk rembesan minyaknya yang pedas manis itu. Mustofa makan korban beberapa benda yang kena warna kuning minyak dan susah dibersihkan, termasuk si gamis andalan.
Anggap ini sebagai peringatan: meski renyah, lezat dan bikin candu, selalu hati-hati dengan kentang mustofa.
Dilansir dari Fat Secret, 100 gram kentang mustofa memiliki kalori mencapai 317 kkal. Angka ini cukup besar jika kentang mustofa sering disantap untuk menemani nasi putih.
Tapi wajar saja, pasalnya sajian ini terbuat dari kentang, yang juga merupakan sumber karbohidrat. Proses memasak kentang mustofa yang digoreng juga memungkinkan adanya kalori tambahan.
Selain kalori, kentang mustofa juga memiliki kadar lemak sebesar 16,54 gram dan protein sebesar 10,46 gram.
Tak salah menjadikan menu kentang ini jadi lauk asalkan konsumsi dalam porsi yang tepat dan tidak berlebihan.
Dari mana nama Mustofa?
Banyak orang menganggap bahwa penamaan ‘mustofa’ muncul karena sajian ini berasal dari Timur Tengah. Tapi, nyatanya tidak demikian.
Seperti disebut sebelumnya, nama mustofa justru diambil dari koki istana saat Presiden Sukarno menjabat di masa lalu.
Mengutip berbagai sumber, Mustofa adalah koki di Istana Cipanas, Bogor.
Mustofa membuat lauk ini dari irisan kentang sisa makanan lain.
Karena tidak ingin membuang bahan masakan, koki Mustofa sering mengolah sisa kentang menjadi irisan kecil yang dimasak balado. Makanan ini sering disajikan di meja makan setiap kali Bung Karno hendak makan.
Suatu hari makanan itu tidak tersaji di meja. Hal ini menimbulkan tanda tanya bagi Sukarno. Ia langsung bertanya ‘kentang Mustofa mana?’.
Sejak saat itu, olahan kentang balado yang dipotong kecil-kecil itu memiliki nama jadi kentang mustofa.
(sur)