Jakarta, Indonesia —
Jet Chengdu J-10 dan rudal PL-15 ‘made in China’ China menjadi sorotan usai diduga sukses dipakai Pakistan menembak jatuh jet tempur elite Prancis dan Rusia, Rafale dan Su-30, saat kedua negara bersitegang beberapa waktu lalu.
Pakistan dan India tegang setelah kelompok milisi di Kashmir menyerang 26 turis hingga tewas pada 22 April lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua negara sejak itu terus terlibat baku tembak di perbatasan, hingga puncaknya pada 7 Mei, India meluncurkan Operasi Sindoor ke Islamabad dan dibalas Pakistan dengan Operasi Bunyanun Marsoos pada 10 Mei.
Saat melancarkan Operasi Sindoor, Pakistan mengeklaim India meluncurkan 80 jet tempur dalam semalaman. Lima jet tempur diklaim berhasil ditembak jatuh, beberapa di antaranya tiga Rafale buatan Prancis, satu Su-30 buatan dan satu MiG-29 buatan Rusia.
Pakistan telah menyatakan bahwa pihaknya menembak jatuh jet-jet India menggunakan jet tempur buatan China, yakni Chengdu J-10C. Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar mengatakan kepada parlemen bahwa ia telah memberi tahu kepada China mengenai penggunaan jet tempurnya untuk menjatuhkan Rafale dan Beijing senang mendengarnya.
Para pengamat telah mengatakan bahwa penggunaan J-10C oleh Pakistan menunjukkan seberapa hebat kekuatan militer China. J-10C sendiri merupakan jet tempur versi terbaru yang dilengkapi berbagai macam senjata termasuk rudal PL-15.
Bersambung ke halaman berikutnya…
Menurut laman FlightGlobal, Chengdu J-10C merupakan pesawat tempur yang diyakini setara dengan versi canggih Lockheed Martin F-16.
Jet ini dilengkapi radar array elektronik aktif dan kokpit yang lebih baik dibandingkan dengan varian J-10 sebelumnya.
Jet buatan Negeri Tirai Bambu ini juga dilengkapi berbagai macam senjata termasuk PL-15. PL-15 adalah rudal air-to-air jarak jauh (BVRAAM) buatan Tiongkok yang dilaporkan memiliki jangkauan hingga 200-300km.
Ini artinya PL-15 lebih unggul dari BVRAAM India seperti MBDA Meteor Rafale (jangkauan 100-200 km) atau Astra Mk-1 Su-30 (jangkauan 110 km).
Dilansir dari Defence Security Asia, PL-15 telah digunakan sebagai senjata utama oleh Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) karena kemampuan tempurnya yang apik.
PL-15 didukung roket berbahan bakar padat dual-pulse, fitur utama yang memberikan daya dorong berkelanjutan di beberapa fase. Hal ini memungkinkan rudal untuk menyesuaikan energi selama penerbangan dan mempertahankan kecepatan jauh ke fase akhir.
Sistem pemandunya dilengkapi dengan pencari radar Active Electronically Scanned Array (AESA) yang memungkinkan pelacakan target beresolusi tinggi.
Ini juga memberikan ketangguhan pada kemampuan electronic counter-countermeasures (ECCM) serta ketahanan terhadap gangguan, kemampuan yang dirancang untuk mengalahkan target yang bergerak secara diam-diam, berkecepatan tinggi, atau yang sedang bermanuver di lingkungan penuh ancaman.
PL-15 dirancang tidak hanya untuk melawan pesawat tempur garda depan, tetapi juga sebagai senjata disrupsi strategis yang mampu menargetkan enabler penting seperti pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C), tanker pengisian bahan bakar udara, dan platform komando dan kontrol (C2).
PL-15 biasanya dioperasikan di atas berbagai platform tempur PLAAF canggih, seperti J-10C, J-11B, J-16, dan J-20 Mighty Dragon.
Menurut laman Defence Security Asia, PL-15 bukan hanya sekadar rudal, tetapi pendorong strategis doktrin anti-access/area denial (A2/AD), simbol kemajuan dari industri kedirgantaraan China.