Rahasia Bangunan Romawi Kuno Bisa Tetap Kokoh Hingga 2.000 Tahun




Jakarta, Indonesia

Tidak sedikit bangunan Romawi kuno di seluruh dunia masih berdiri kokoh hingga hari ini, meski sudah berumur hingga ribuan tahun. Apa rahasianya?

Ketahanan struktur ini sebagian besar tak lepas dari peran beton Romawi. Para peneliti sampai saat ini masih mencari tahu bagaimana beton Romawi dibuat, tetapi mereka memiliki beberapa petunjuk kunci.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini berbeda dari semen yang paling umum digunakan di era modern, semen Portland. Namun, struktur yang terbuat dari semen Portland hanya mampu bertahan 75 hingga 100 tahun.

Akan tetapi, beton Romawi adalah campuran yang unik, dan dapat membuat keajaiban. Menurut Kevin Dicus, profesor klasik di Universitas Oregon bangsa Romawi menggunakan beton sejak abad ketiga sebelum masehi.





“Beton membangun kekaisaran,” kata Kevin kepada Live Sciences, Senin (19/5).

Dicus menjelaskan, salah satu bahan penting dalam pembuatan beton Romawi kuno adalah pozzolan, abu vulkanik yang sering diambil dari daerah seperti Pozzuoli di Italia.

Pozzolan mengandung silika dan alumina yang, saat bereaksi dengan kapur dan air, dapat menghasilkan beton yang lebih kuat dan tahan lama lewat reaksi pozzolanik pada suhu ruangan. Pozzolan juga memungkinkan pembuatan semen hidrolik yang dapat mengeras di bawah air.

Menurut Dicus kunci penting lainnya adalah pecahan kapur (lime clasts) atau potongan-potongan kecil kapur tohor (quicklime), dalam campuran. Pecahan kapur ini ini yang memberikan beton Romawi kemampuan ‘menyembuhkan diri sendiri’.

Saat air meresap ke dalam retakan pada beton, air mencapai pecahan kapur dan memicu reaksi kristal yang disebut kalsit. Kristal kalsit ini kemudian mengisi retakan, memperbaiki beton secara alami.

Salah satu contohnya adalah makam Caecilia Matella berusia 2.000 tahun di dekat Roma menunjukkan retakan yang telah terisi oleh kalsit, mengindikasikan bahwa air telah mengaktifkan pecahan kapur di dalamnya.

Selain itu, bangsa Romawi kuno juga menggunakan metode hot mixing, yang melibatkan penggabungan kapur tohor dengan pozzolan, air, dan bahan lain, lalu dipanaskan.

Tim peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), dalam sebuah jurnal yang terbit di Science Advances tahun 2023, menemukan bahwa metode ini membantu mengaktifkan kemampuan penyembuhan diri dari pecahan kapur dan dapat menghasilkan pengaturan yang lebih cepat dibanding semen modern yang menggunakan kapur mati (slaked lime).

Dalam pencampuran semen Portland modern, klinker dingin digiling menjadi bubuk halus, yang menghancurkan semua potensi pecahan kapur. Sebaliknya, hot mixing bangsa Romawi kuno kemungkinan meninggalkan pecahan kapur sebagai inklusi kecil dalam semen.

Kendati begitu, para peneliti masih terus menggali tentang beton Romawi yang kokoh hingga ribuan tahun.

“Kami masih menemukan beberapa metode yang mereka gunakan dalam mencampurnya dan menyiapkan bahan-bahannya,” kata Somayeh Nassiri, profesor teknik sipil dan lingkungan Universitas California.

Kendati para peneliti masih menggali lebih dalam untuk memahami sepenuhnya semua metode yang digunakan oleh Romawi dalam pencampuran dan persiapan bahan, kehebatan resep beton mereka terlihat jelas dari umurnya yang panjang.

(dmi/dmi)

[Gambas:Video ]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *