Keluh Kesah Warga Sintang Sebulan Dikepung Banjir


Jakarta, Indonesia —

Banjir yang menerjang Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat tak kunjung surut. Sudah hampir satu bulan terhitung sejak Kamis pagi (21/10) itu merendam puluhan ribu rumah warga.

Beberapa orang dinyatakan meninggal imbas banjir itu, yang salah satunya karena tersengat aliran listrik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelontorkan Rp500 juta untuk bantuan warga terdampak. Kementerian Sosial (Kemensos) dan Gubernur Kalbar Sutarmidji juga turut memberikan bantuan.

Belakangan, Sutarmidji pun menyatakan telah melepas 5.000 paket sembako dari Presdien RI Joko Widodo (Jokowi) di Kabupaten Sintang.

“Saya menyampaikan terimakasih kepada pak Presiden yang telah memberikan bantuan khusus untuk masyarakat yang menjadi korban banjir di Sintang sebanyak 5 ribu paket. Tetapi saya juga sudah sampaikan ke Presiden, banjir ini bukan hanya di Sintang, tetapi Kapuas Hulu, Sekadau, Sanggau, dan Melawi,” kata Sutarmidji, di Pontianak, Kamis (18/11) seperti dikutip dari Antara.

Dirinya berharap, setelah Sintang, ada lagi bantuan untuk kabupaten lain, sehingga setelah itu bantuan dari masyarakat yang dikoordinasikan Pemprov Kalbar bisa didistribusikan ke daerah lainnya. Pada hari itu, sambungnya, Pemprov Kalbar pun sudah mengirim bantuan untuk dapur umum ke Kapuas Hulu, ke Sanggau, Sekadau dan Melawi.

Bantuan datang setelah setidaknya hampir sebulan banjir di kawasan DAS Kapuas itu tak surut signifikan. Namun banyak warga Sintang mengaku tak merasakan bantuan tersebut. Mereka masih banyak yang mengeluhkan sulitnya makan, minum dan memenuhi kebutuhan primer lainnya.

Ina, salah satu warga Danau Sentarum, Kapuas Hulu merasakan kesulitan itu. Ia merasa terombang ambing selama banjir menerjang daerah rumahnya dan dia terpaksa harus mengungsi. Bantuan yang ia terima pun alakadarnya. Tak banyak yang ia dapat.

“Hampir 2 bulan kami mengalami kesulitan mencari uang, air bersih dan yang lain, barang barang banyak hancur mau pergi sana sini susah kami hanya mendapat kan bantuan beras, mie dari relawan-relawan,” kata Ina kepada Indonesia.com, Kamis (18/11).

Sebagai ibu, Ina mengaku pusing lantaran masih harus membayar kuliah anaknya. Sebab, untuk makan saja urusannya belum tuntas tapi tagihan jalan terus.

“Mana ndak bisa bekerja, mana mau bayar biaya anak kuliah, belum lagi bayar kredit yang lain,” ujarnya.




Bagaimana caranya jangan sampai [banjir] terulang.Novita, warga Sintang

Kepusingan itu tercampur dengan permasalahan lain yang juga masih disebabkan banjir, yaitu kesehatan. Ina mengatakan sudah beberapa hari terakhir anaknya mengalami sakit-sakitan.

Tentu, ia menganggap masalah kesehatan dan keselamatan penting. Apalagi, ia pernah menyaksikan tetangganya tersetrum aliran listrik dan meninggal dunia.

“Kami benar benar merasa sedih sekarang anak sakit sakit kena muntah. Semoga kesulitan kami ini cepat berlalu seperti sedia kala, tapi masih bersyukur diberi keselamatan, ada juga di gang kami yang meninggal kena setrum listrik,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah lebih perhatian lagi terhadap orang terdampak. Ia juga ingin bantuan itu sampai kepada dirinya.

“Kan yang kena juga banyak. Sebenarnya kami benar membutuh kan uluran bantuan,” ujarnya.




Suara Arus Bawah Keluh Warga Sintang Sebulan Diterjang BanjirIna, warga Sintang, menceritakan salah satu tetangga di pemukimannya ada yang tewas karena tersengat listrik saat banjir. (Dok. Arsip Pribadi)

Warga Sintang lainnya, Novita juga merasakan hal serupa. Namun, ia merasa tertolong karena dapat mengungsi di rumah saudaranya.

“Alhamdulillah, karena sekarang ngungsinya di rumah saudara juga. Jadi masih aman untuk segala fasilitas atau konsumsinya,” kata Novita kepada Indonesia.com, Kamis (18/11).

Meski begitu, Novita tetap saja merasa malu jika harus mengungsi di rumah saudaranya terus. Ia berharap banjir segera surut agar ia bisa kembali mencari nafkah.

Jika tak banjir, mungkin Novita masih bisa menggelar dagangannya di pinggiran jalan dan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Namun, banjir tak kunjung surut.

“Macam saya kan jualan di kaki lama. Kan jualan makanan. Ya sekarang enggak ada penghasilan sama sekali, enggak ada pemasukannya. Cuman mengharap dari orang saja,” kata Novita.

“Kalau bantuan [pemerintah], saya terus terang enggak dapat. Cuma dari kawan kawan dekat saja yang datang ke sini nganterin. Enggak semuanya sih yang kena musibah dapat,” imbuhnya.




Suara Arus Bawah Keluh Warga Sintang Sebulan Diterjang BanjirBanjir Sintang selama hampir sebulan terakhir berpengaruh pada pendapatan keluarga Novitayang sehari-hari sebelumnya berjualan makanan. (Dok. Arsip Pribadi)

Novita pun berharap, banjir panjang seperti sekarang tak berulang di masa mendatang. Pasalnya, ia dan juga warga lainnya tak ingin mengulang kesedihan yang sama.

“Harapannya jangan sampai ada banjir kayak gini lagi. Udah ampun lah minta ampun jangan sampe terulang lagi kayak gini. Bagaimana caranya jangan sampai [banjir] terulang. Sedih saya benar benar sedih kayak gini,” tuturnya.

Buka halaman selanjutnya untuk tahu pendapat warga Sintang terhadap perhatian pemerintah.


Banjir Terparah di Dalam Ingatan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *