Geger Penampakan ‘Laser’ Putih di Langit, Ternyata Ini Penyebabnya
Jakarta, Indonesia —
Sebuah penampakan ‘laser‘ berwarna putih menghiasi langit malam di sejumlah wilayah Amerika Serikat (AS) pada dini hari akhir pekan lalu, hingga membuat geger warganet.
Namun begitu, penampakan tersebut bukan fenomena alam. Cahaya putih tersebut ternyata disebabkan oleh peluncuran roket China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ahli menyebut cahaya putih ini dipicu ketika roket membuang bahan bakar jenis baru ke luar angkasa sebelum memasuki atmosfer.
Garis-garis bercahaya itu muncul sekitar pukul 1:24 dini hari pada Sabtu (17/5) waktu AS. Garis-garis ini menggantung di udara selama sekitar 10 menit sebelum akhirnya menghilang.
Dikutip dari Live Science, Rabu (21/5), fenomena ini terekam setidaknya di tujuh negara bagian, yakni Colorado, Idaho, Utah, Missouri, Nebraska, Washington, dan New Mexico.
Di beberapa tempat, garis-garis putih tersebut muncul bersamaan dengan aurora yang muncul selama badai geomagnetik kelas G2.
Badai geomagnetik terjadi ketika awan partikel bermuatan yang dilontarkan oleh Matahari, yang dikenal sebagai lontaran massa korona (CME), menghantam medan magnet Bumi. Akibatnya, banyak orang yang menyaksikannya mengira bahwa itu adalah fenomena mirip aurora yang dikenal sebagai STEVE, yang menciptakan pita cahaya panjang berwarna-warni di langit malam.
Namun, apa yang sebenarnya dilihat oleh orang-orang adalah hasil dari salah satu roket Zhuque-2E milik China, yang diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di barat laut China sekitar pukul 12.12 pagi. Roket ini melepaskan enam satelit, masing-masing membawa berbagai instrumen ilmiah, sebelum akhirnya terbakar di atmosfer bagian atas Bumi saat masuk kembali.
Awalnya sejumlah orang bingung bagaimana roket menciptakan pertunjukan cahaya yang menakjubkan itu.
“Garis putih itu mungkin merupakan pembakaran saat de-orbit, atau mungkin sirkulasi pembakaran untuk satelit yang sedang mengorbit,” tulis perwakilan Spaceweather.com.
Ada yang menduga bahwa itu mungkin cahaya dari tahap kedua roket yang terbakar di langit, sementara beberapa orang berpendapat bahwa itu mungkin lubang ionosfer yang tercipta ketika bahan bakar roket bereaksi dengan bahan kimia di atmosfer bagian atas, sehingga memicu pancaran cahaya seperti aurora.
Namun, Jonathan McDowell, seorang astronom di Harvard dan Smithsonian Center for Astrophysics yang melacak peluncuran dan masuknya kembali satelit, mengungkapkan di media sosial X bahwa hal itu disebabkan oleh pembuangan bahan bakar pada ketinggian sekitar 250 kilometer sebelum roket mengorbit.
Bahan bakar yang terlontar, yang tertinggal di belakang roket, membeku menjadi pita kristal beku kecil yang kemudian memantulkan cahaya Matahari ke permukaan Bumi, membuatnya bersinar di langit malam.
Pertunjukan cahaya serupa sering terjadi ketika roket Falcon 9 SpaceX membuang bahan bakarnya sebelum memasuki atmosfer. Dalam kasus ini, pesawat ruang angkasa biasanya berputar saat membuang bahan bakar, menciptakan pusaran cahaya yang bercahaya.
Contoh terbaru dari kejadian ini, yang dijuluki spiral SpaceX, di antaranya pusaran bercahaya yang terlihat di atas Inggris pada Maret, spiral “bertanduk” yang muncul di atas daratan Eropa pada Mei 2024, dan pusaran yang jauh terlihat dari Hawaii pada Januari 2023.
Roket Zhuque-2E adalah kendaraan peluncur orbital sekali pakai yang dibuat oleh perusahaan China, LandSpace. Roket ini memiliki tinggi sekitar 50 meter dan dapat meluncurkan muatan seberat 6.000 kilogram ke orbit rendah Bumi (LEO).
Tidak seperti kebanyakan roket yang menggunakan bahan bakar berbasis hidrogen atau minyak tanah, Zhuque-2E menggunakan hibrida khusus oksigen cair dan metana cair, yang dikenal sebagai “methalox.”
(lom/dmi)