Epidemiolog Sebut Vaksinasi Penuh Berpeluang Direvisi Jadi 3 Dosis


Jakarta, Indonesia —

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut sejumlah negara di dunia saat ini tengah menggodok rencana untuk mengubah definisi pemberian vaksinasi virus corona (Covid-19) lengkap, yang mulanya hanya dua dosis kini berpotensi menjadi tiga dosis.

Dicky yang juga menjabat sebagai panel ahli Badan Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan, usulan itu bisa saja akan diterapkan secara global lantaran pemberian vaksin dengan dua dosis dinilai kurang memberikan proteksi manusia dari paparan virus corona.

“Beberapa negara maju sudah mulai melihat untuk merevisi definisi vaksinasi penuh itu terdiri menjadi tiga dosis, dan ini tampaknya saya kira juga akan sangat besar kemungkinan diadopsi secara global,” kata Dicky kepada Indonesia.com, Senin (22/11).

Dicky menyebut, sejumlah penelitian sudah menunjukkan bahwa tingkat imunitas warga yang sudah mendapatkan vaksinasi menurun rata-rata setelah enam bulan pemberian vaksinasi dosis dua.

Temuan itu, menurut Dicky, dapat memicu peningkatan kasus Covid-19 di suatu negara, apabila dibarengi relaksasi terhadap protokol kesehatan Covid-19. Belum lagi ada ancaman strain atau varian virus corona baru yang sifatnya berbeda dengan mikroba virus yang digunakan dalam pembuatan vaksin Covid-19 sebelum-sebelumnya.




Epidemiolog, Dicky Budiman.Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan sejumlah negara tengah mengubah definisi vaksinasi Covid-19 dari dua dosis menjadi tiga dosis. (Foto: Arsip Pribadi via detikcom)

Dicky kemudian menyoroti capaian vaksinasi di Indonesia yang masih rendah. Per 22 November pukul 12.00 WIB baru 89.426.870 orang dari sasaran 208.265.720 orang yang baru menerima vaksinasi lengkap. Artinya, baru 42,94 persen warga yang sudah mendapatkan proteksi lengkap dari pemberian vaksin.

“Di Eropa, kaitan dengan varian Delta ini maka vaksinasi yang harus dicapai 90 persen saat ini, karena 80-85 persen masih bisa terjadi gejolak. Dan itu tidak hanya di Eropa tapi juga Singapura,” kata dia.

Untuk itu, Dicky mendorong agar pemerintah terus mengakselerasi vaksinasi dan berupaya melampaui target terkini.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah telah menetapkan 80-85 persen target vaksinasi rampung mendapatkan vaksinasi pada akhir 2021, sementara untuk dosis kedua diharapkan mampu menyasar 60 persen pada Desember 2021.

Dicky juga meminta agar pemerintah fokus pada pemberian vaksin Covid-19 untuk warga lanjut usia (lansia) di Indonesia, lantaran mereka berpotensi lebih tinggi mengalami perburukan gejala atau bahkan berujung kematian akibat terinfeksi virus corona.

Kementerian Kesehatan per Senin (22/11) Pukul 12.00 WIB mencatat baru 10.921.900 orang lansia yang telah menerima suntikan dosis pertama vaksin virus corona selama kurang lebih 10 bulan terakhir. Sementara itu, baru 6.853.602 orang lansia yang telah rampung menerima dua dosis suntikan vaksin Covid-19 di Indonesia.

Dengan demikian, target vaksinasi pemerintah dari total sasaran 21.553.118 orang lansia baru menyentuh 50,67 persen dari sasaran vaksinasi yang menerima suntikan dosis pertama. Sedangkan suntikan dosis kedua baru berada di angka 31,80 persen.

“Percepatan vaksinasi Covid-19 untuk mencapai herd immunity, terutama bagi lansia juga harus terus dilakukan secara masif dan agresif,” ujar Dicky.




infografis Penyakit Komorbid yang Boleh dan Tak Boleh Vaksinasi Covid-19Infografis Penyakit Komorbid yang Boleh dan Tak Boleh Vaksinasi Covid-19. ( Indonesia/Asfahan Yahsyi)

(khr/pmg)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *