Bedakan Menu Sarapan Pria dan Wanita agar Ampuh Turunkan Berat Badan




Jakarta, Indonesia

Sarapan sering disebut sebagai waktu makan paling penting dalam sehari. Namun, menurut penelitian terbaru, pilihan makanan saat sarapan ternyata sebaiknya dibedakan antara pria dan wanita, terutama jika tujuannya adalah menurunkan berat badan.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Computers in Biology and Medicine, para peneliti menemukan bahwa pria yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat seperti roti, oat, atau sereal.

Sementara itu, wanita justru lebih diuntungkan jika menyantap sarapan tinggi lemak, misalnya omelet atau alpukat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kita menjalani hidup yang sibuk, jadi penting untuk memahami bagaimana keputusan kecil seperti memilih menu sarapan dapat memengaruhi kesehatan dan tingkat energi kita,” ujar Stephanie Abo, kandidat PhD dari University of Waterloo, Kanada sekaligus salah satu penulis studi, mengutip dari Newsweek

Abo menyebut, memahami dampak pola makan terhadap metabolisme memang sangat penting. Apalagi jika Anda ingin menurunkan atau mempertahankan berat badan ideal.

Dalam makalah tersebut, para peneliti menjelaskan bahwa mereka menciptakan model metabolisme tubuh secara menyeluruh yang spesifik untuk jenis kelamin, dalam skenario makan dan berpuasa pada orang dewasa muda yang sehat.

Model ini memungkinkan mereka melihat bagaimana tubuh pria dan wanita memproses nutrisi, khususnya karbohidrat dan lemak.

Dari hasil model ini ditemukan bahwa tubuh wanita cenderung menyimpan lebih banyak lemak setelah makan dibandingkan pria, namun juga membakar lemak itu lebih cepat selama periode puasa.

Inilah sebabnya, menurut penelitian tersebut, wanita yang ingin menurunkan berat badan justru lebih diuntungkan jika memilih sarapan tinggi lemak. Alasannya, tubuh mereka lebih efisien membakar lemak di antara waktu makan.

Para peneliti menyampaikan dalam makalahnya bahwa peningkatan metabolisme lemak pada wanita dipengaruhi oleh perbedaan fungsi hati dan jaringan adiposa antara pria dan wanita.

“Kami mengusulkan bahwa perbedaan dalam produksi glukosa hati saat puasa mungkin disebabkan oleh cara tubuh memproses asam lemak bebas, gliserol, dan glikogen secara berbeda berdasarkan jenis kelamin,” demikian yang ditulis peneliti dalam makalah.

Penelitian ini masih akan dilanjutkan. Para ilmuwan berharap dapat menggali lebih jauh bagaimana faktor seperti berat badan, usia, dan siklus menstruasi mempengaruhi metabolisme, khususnya dalam konteks perbedaan antara pria dan wanita.

“Mengintegrasikan data dan parameter yang spesifik terhadap jenis kelamin ke dalam model metabolisme berskala multi-organ dapat meningkatkan pemahaman kita tentang metabolisme manusia dan bagaimana jenis kelamin mempengaruhinya,” tulis peneliti.

“Dengan mempertimbangkan interaksi kompleks antara organ, hormon, dan jalur metabolik, model-model ini dapat memberikan wawasan berharga tentang mekanisme yang mendasari respons metabolik yang spesifik berdasarkan jenis kelamin.”

(tis/els)


[Gambas:Video ]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *