Mengenal Misogini, Perilaku Benci Berlebihan terhadap Wanita



Jakarta, Indonesia —

Istilah misogini mungkin sudah tak asing di telinga, salah satunya di drama Korea Now We Are Breaking Up yang dibintangi Song Hye Kyo. Namun, apa itu misogini?

Misogini merupakan pemikiran yang memandang rendah bahkan sampai tahap membenci perempuan. Sosiolog Universitas Sumatera Utara (USU) Harmona Daulay mengatakan, perilaku misogini kebanyakan dilakukan oleh pria. Kendati demikian, misogini tak bias gender.

“Pelakunya ada perempuan juga, walau ini artinya membenci perempuan,” kata Mona saat dihubungi Indonesia.com melalui telepon, Senin (23/11).

Lebih lanjut, Mona mengungkapkan bahwa misogini menjadi perilaku yang cukup berbahaya. Pasalnya, para misoginis – sebutan bagi pelaku misogi — bisa melakukan apa saja atas dasar rasa benci yang berlebihan atau memandang rendah wanita.

Sementara, wanita yang mendapat perlakuan misogini beragam, mulai dari pelecehan verbal, kekerasan fisik bahkan seksual.

“Karena rasa benci itu, para misoginis akan melampiaskan rasa benci mereka, memukul, menghina, memerkosa, apa saja yang bisa membuat mereka puas dan tersalurkan kebenciannya,” ujarnya.

Penyebab misogini

Menurut Mona, misogini bisa tumbuh karena ada dorongan terhadap pelaku baik secara internal maupun eksternal. Keduanya saling berhubungan, dorongan dari internal atau diri sendiri ini muncul setelah dorongan eksternal tumbuh makin dalam.

Selain itu, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pola pikir seseorang terutama pria yang menganut misogini.

“Jadi enggak cuma psikologisnya saja, ini lebih kepada ada dorongan luar yang memengaruhi pemikirannya. Oh perempuan begini, saya enggak suka, begitu ya,” kata Mona.

Lalu, apa saja faktor yang berisiko memunculkan perilaku misogini?

1. Budaya patriarki

Budaya patriarki menempatkan pria dalam kedudukan tertinggi. Budaya ini membuat pria berhak atas pengambilan keputusan. Budaya patriarki tak jarang menempatkan wanita dalam posisi tanpa tawar dan harus mengikuti semua kemauan pria.

Patriarki, kata Mona, memunculkan perilaku misogini yang kental. Rasa benci terhadap wanita bisa muncul karena menganggap wanita sebagai makhluk rendah.

2. Trauma masa kecil

Perlakuan atau mengalami sesuatu yang buruk saat masih kecil bisa membekas. Menurut Mona, ini juga dapat menimbulkan kebencian mendalam.

“Misal anak laki-laki yang mendapat perlakuan buruk dari ibunya atau neneknya saat kecil, seperti dipukul atau dibentak atau apa pun yang bisa menumbuhkan kebencian,” katanya.

3. Pola asuh diskriminasi

Dalam satu rumah terdapat dua anak, satu laki-laki dan yang lainnya wanita. Orang tua menerapkan cara asuh yang berbeda atau diskriminatif, misal kepada anak laki-laki kasar dan cenderung melakukan kekerasan sementara pada anak perempuan cenderung lembut.

“Ini bisa menimbulkan rasa benci, dia membenci adiknya atau ibunya tapi di kemudian hari bisa merembet ke semua wanita yang membuat dia memiliki perilaku misogini,” ujar Mona.

4. Pola pikir maskulinitas

Mona mengatakan, pola pikir maskulinitas didoktrin terhadap anak laki-laki hingga ia dewasa. Misal pola pikir bahwa laki-laki tidak boleh menangis, tidak boleh mengerjakan urusan dapur, harus kuat, hingga wanita hanya menjadi objek seksual dan akhirnya timbul perilaku misogini.

“Ketika dewasa dia akan berpikir bahwa pria nomor satu, dan akan benci kalau ada wanita lebih unggul dari mereka,” katanya.

Simak ciri-ciri seseorang misogini di halaman berikut.

Ciri-ciri perilaku misogini


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *