Jakarta, Indonesia —
Vancouver Forest Villa, kawasan elite berpagar yang terdiri dari vila-vila mewah bernilai jutaan yuan di pinggiran Beijing, China, kini tampak sepi dan sunyi. Halaman-halamannya yang dulu terawat kini dipenuhi ilalang liar, dan banyak rumah dibiarkan kosong.
Dulu, kawasan ini menjadi etalase kemewahan baru di China. Kini, pemandangan bak kota hantu itu mencerminkan krisis yang lebih luas di kalangan elite negara tersebut.
Di tengah tekanan ekonomi dan kekhawatiran yang meningkat, banyak taipan China memilih hengkang ke luar negeri. Pasar properti mewah Beijing-yang dahulu menjadi simbol kemakmuran-mulai runtuh, menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan keuangan China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komunitas mewah Vancouver Forest Villa yang dulu ramai, kini terbengkalai dan terlantar seiring banyaknya orang kaya yang berbondong-bondong meninggalkan China.
Terpuruknya sektor properti mewah
Di Distrik Changping, deretan rumah mewah yang dulunya megah kini kosong, dikelilingi semak belukar dan tak terurus.
Komunitas Vancouver Forest Villa yang dulu menjadi simbol kekayaan kini berubah menjadi kawasan mati. Kebun-kebun ditumbuhi tanaman liar, vila-vila gelap dan sunyi, mencerminkan pergeseran ekonomi dan sosial yang terjadi di China.
Vancouver Forest, juga dikenal sebagai Vancouver Garden Villas, terdiri dari rumah-rumah terpisah dan semi-terpisah.
Di platform properti seperti Anjuke dan Fang.com, harga unit di kawasan ini dibanderol mulai dari 10 juta yuan, dengan unit-unit lebih besar berkisar antara 15 hingga 25 juta yuan (sekitar 2 hingga 3,5 juta dolar AS).
Dibangun pada tahun 2002-2003, kawasan ini kini berusia lebih dari dua dekade, dan kemundurannya menjadi gambaran dari kesulitan yang menimpa pasar properti mewah China secara umum.
Menurut sejumlah laporan, sebagian besar pemilik asli-yang lahir pada 1970-an-telah lama pindah ke luar negeri. Mereka tidak hanya memindahkan aset, tetapi juga memperoleh izin tinggal permanen seperti green card.
Seorang agen properti setempat membenarkan bahwa kepemilikan izin tinggal asing kini menjadi hal umum, dengan banyak vila kosong selama bertahun-tahun.
Di dalam salah satu properti, pengunjung menemukan halaman tak terurus, jalan setapak yang retak, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan. Para pengamat menyebutkan bahwa menemukan tetangga di kawasan itu hampir mustahil, karena vila-vila di sekitarnya juga kosong.
Lanjut ke sebelah…
Gelombang migrasi
Vancouver Forest dulunya merupakan pasar properti mewah yang sangat likuid di Beijing, dengan transaksi jual beli rumah yang sering terjadi selama masa boom properti. Meski pengembangannya tergolong padat, sebagian besar unit merupakan rumah mandiri.
Kini, aktivitas pasar nyaris berhenti total. Harga jual vila bekas turun hingga 50%, namun peminat sangat langka.
Dengan begitu banyak properti yang tidak dihuni, fungsinya pun bergeser. Agen properti melaporkan bahwa sebagian besar penyewa saat ini menggunakan vila sebagai ruang komersial, kantor, studio live streaming, atau gudang produk.
Beberapa rumah dipenuhi kotak-kotak barang dagangan daring, sementara yang lain menjadi kantor bisnis darurat. Dalam satu kasus, seorang tetangga memarkir kendaraan di depan rumah kosong, yakin pemiliknya tidak akan peduli.
Seorang agen mencatat bahwa banyak penyewa yang menempati area tersebut dalam beberapa tahun terakhir telah hengkang, sebagian besar karena tidak mampu membayar sewa setelah pertengahan 2023.
Meski tidak ada data resmi mengenai tingkat hunian di pasar mewah Beijing, bukti anekdot menunjukkan bahwa sektor ini tengah kesulitan.
Pengembang memangkas harga proyek baru demi menarik minat, hasil sewa properti mewah tetap rendah, dan pemilik kesulitan mendapatkan penyewa jangka panjang dengan bayaran tinggi.
Tren ini meluas ke luar satu kawasan. Kaum kaya China telah meninggalkan negaranya selama bertahun-tahun, namun eksodus meningkat selama pandemi Covid-19 ketika frustrasi terhadap kontrol pemerintah yang ketat memuncak.
Begitu lockdown dicabut, gelombang migrasi semakin besar.
[Gambas:Infografis ]
Perubahan lanskap ekonomi china
Data dari Henley & Partners, firma global migrasi investasi, menunjukkan bahwa 13.800 individu kaya meninggalkan China pada 2023-naik 28% dari tahun sebelumnya dan tertinggi di dunia.
Pada akhir 2024, angka ini diperkirakan mencapai 15.200, mencetak rekor baru. Para jutawan ini tidak hanya pergi, tetapi juga membawa serta modal mereka, memperparah tantangan ekonomi China.
Menyoroti pergeseran demografis ini, pengamat mencatat bahwa sebagian besar pemilik rumah di Vancouver Forest berasal dari generasi pasca-70an. Banyak di antara mereka memulai bisnis pada awal 2000-an, mengumpulkan kekayaan besar, dan pada 2020-tepat sebelum pandemi-telah berimigrasi atau memilih hidup tenang.
Namun, generasi pasca-80an menghadapi kenyataan lebih pahit. Mereka baru mulai naik tangga ekonomi ketika pandemi melanda dan mengganggu kemajuan mereka. Kini, banyak dari mereka kesulitan mempertahankan posisi finansial, tak mampu menyamai pencapaian generasi sebelumnya.
Banyak vila kini terlihat rusak. Laporan menyebutkan ubin lantai retak, panel kayu melengkung, pagar rusak, dan dinding garasi berjamur. Kerusakan ini parah-biarkan sebuah rumah kosong selama beberapa tahun, dan beginilah jadinya.
Lockdown memperparah kondisi. Akses terbatas dan terhentinya perawatan mempercepat kerusakan properti. Saat ini, banyak vila hanya digunakan sebagai ruang kerja. Beberapa sedang direnovasi, yang lain disewakan, namun kontrasnya mencolok.
Sejumlah pengamat mencatat pembelahan tajam: ada yang melarikan diri, ada pula yang membangun ulang.
Pasar hunian mewah yang dulu bergairah kini menjadi saksi perubahan lanskap ekonomi China, tempat ketidakpastian dan migrasi meninggalkan vila-vila kosong serta kemakmuran yang memudar.