Gula Sukrosa ‘Haram’ Buat Anak di Bawah 2 Tahun, Ini Penjelasan Dokter
Jakarta, Indonesia —
Gula mungkin terasa manis di lidah, tapi tidak selalu manis untuk tubuh, apalagi bagi anak-anak. Gula tambahan terutama sukrosa, menurut dokter, sebaiknya tidak diberikan buat anak usia di bawah dua tahun.
Rasa manis makanan dan minuman memang disukai anak-anak. Namun di balik kenikmatannya, orang tua musti waspada.
Salah satu bentuk gula yang kerap ditemukan dalam makanan kemasan adalah sukrosa. Para ahli sepakat, sukrosa sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak, terutama yang masih di bawah usia dua tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter spesialis anak di Eka Hospital, Melia Yunita mengingatkan gula bukan sekadar pemanis, tetapi bisa menjadi “perusak” saluran cerna bila dikonsumsi berlebihan.
“Gula itu jahat banget, bisa merusak saluran pencernaan,” kata dia saat menjadi pembicara dalam acara Press Launch Susu Formula Cair Bebelac yang digelar di Urban Forest Cipete, Jakarta Selatan, Kamis (19/6).
Menurutnya, anak-anak di bawah dua tahun sebaiknya tidak mengonsumsi gula tambahan sama sekali.
Bukan hanya untuk mencegah obesitas atau kerusakan gigi, tetapi juga karena sistem pencernaan mereka belum siap menerima beban metabolik dari gula sederhana seperti sukrosa.
Orang tua pun sangat dianjurkan untuk tidak memberi makanan atau minuman apapun yang mengandung sukrosa. Dia menekankan pentingnya membaca daftar komposisi di setiap produk makanan anak.
“Begitu ada gula tambahan, biasanya dalam bentuk sukrosa, sebaiknya jangan diberikan,” kata Melia.
Tetap harus dibatasi
Larangan pemberian sukrosa atau gula tambahan ini harus dilakukan hingga usia dua tahun.
Setelah itu, orang tua tetap perlu membatasi asupan gula harian anak sesuai rekomendasi WHO, yakni kurang dari 10 persen dari total asupan energi harian dan idealnya di bawah 5 persen.
Langkah awal yang bisa dilakukan adalah mengganti semua sumber manis dari gula buatan dengan makanan alami. Orang tua bisa memberikan pisang, apel, atau mangga untuk memberi rasa manis alami sekaligus memberikan manfaat nutrisi lain.
|
“Hindari minuman manis dalam kemasan, sereal tinggi gula, atau camilan yang mengandung gula ‘tersembunyi’,” kata dia.
Selain itu, orang tua juga perlu memberi contoh. Anak-anak meniru dari lingkungan terdekat. Jika orang tua sendiri suka mengonsumsi makanan manis, bukan tidak mungkin anak akan mengikuti.
“Edukasi sejak dini dan konsistensi pola makan sehat akan jauh lebih efektif daripada sekadar larangan sesaat,” katanya.
(tis/els)