Ahli Dorong Pemilik Komorbid Masuk Target Booster Kemenkes pada 2022
Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mendorong agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menetapkan warga dengan penyakit penyerta alias komorbid ke dalam target sasaran pemberian vaksin virus corona (Covid-19) dosis ketiga atau booster pada 2022 mendatang.
Saat ini Kemenkes baru menetapkan sasaran booster kepada tenaga kesehatan, warga lanjut usia (lansia) dan warga yang memiliki gangguan pada sistem imunitas.
“Selain lansia, booster sebaiknya juga diprioritaskan pada kelompok berisiko seperti pelayan publik di perbatasan atau rawan di sisi kondisi tubuh, seperti yang memiliki komorbid. Nah itu yang harus didahulukan,” kata Dicky saat dihubungi Indonesia.com, Rabu (24/11).
Sementara untuk masyarakat umum, Dicky menyerahkan kebijakan itu pada Kemenkes sebagai pihak yang mencari dan mengatur logistik serta ketersediaan vaksin Covid-19. Ia menilai, kendati masyarakat umum sudah layak untuk menerima booster, namun pemberian vaksinasi dua dosis harus diutamakan rampung terlebih dahulu.
Dari target 208.265.720 orang vaksinasi, per Rabu (24/11) jumlah yang tervaksinasi baru menyentuh 65,34 persen untuk suntikan dosis pertama. Sedangkan suntikan dosis kedua baru 43,80 persen.
Sementara untuk booster di Indonesia baru menyasar para tenaga kesehatan. Adapun booster yang dimulai sejak pertengahan Juli 2021 lalu saat ini masih belum rampung, data terkini menunjukkan vaksinasi baru mencapai 82,94 persen dari total sasaran tenaga kesehatan sebanyak 1.468.764 orang.
“Kalau bicara booster untuk populasi umum memang sudah ada rujukan dasar ilmiahnya–data dari Israel, Amerika, maupun Inggris bahkan dari Cile–karena terjadi penurunan imunitas setelah 6 bulanan dari semua jenis vaksin Covid-19,” kata dia.
Menurut Dicky, saat ini sejumlah negara di dunia tengah membahas rencana untuk mengubah definisi pemberian vaksinasi Covid-19 secara lengkap, yang mulanya hanya dua dosis kini berpotensi menjadi tiga dosis.
Dicky yang juga menjabat sebagai panel ahli Badan Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan, usulan itu bisa saja akan diterapkan secara global lantaran pemberian vaksin dengan dua dosis dinilai kurang memberikan proteksi seseorang akan paparan virus corona.
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut pihaknya untuk saat ini hanya menetapkan target booster kepada lansia dan warga berusia 18 tahun ke atas yang memiliki gangguan atau penyakit yang menyerang sistem imunitas.
Pemerintah menurutnya juga masih belum bisa memutuskan terkait sasaran vaksinasi booster non-lansia yang yang terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Sebagaimana diketahui, peserta PBI juga akan menjadi tanggungan pemerintah alias gratis.
(khr/kid)