Menyibak Kelamnya Pandemi Bayangan Kekerasan Berbasis Gender



Jakarta, Indonesia —

Kekerasan terhadapĀ perempuan memang sudah acap kali terjadi di Indonesia. Namun dalam beberapa tahun belakangan, kekerasan berbasis gender juga makin marak terjadi.

Kekerasan berbasis gender (KBG) ditengarai jadi efek samping penanganan pandemi Covid-19. Bahkan KBG sendiri bisa dibilang fenomena shadow pandemic alias pandemi bayangan. Terbukti dari penelitian yang dilakukan Jakarta Feminist akhir 2020 lalu.

Satu hal yang mengejutkan, ternyata rumah, yang dianggap sebagai lokasi paling aman, malah jadi lokasi di mana kekerasan terjadi.

“Hasil survei Jakarta Feminist akhir 2020, jumlah laporan kekerasan berbasis gender naik signifikan, termasuk kekerasan berbasis gender (yang terjadi secara) online,” ujar Yoane Salim, salah satu pengurus Jakarta Feminist dalam konferensi pers Feminist Festival, Kamis (18/11).

Penelitian dengan metode survei ini melibatkan 315 responden korban KBG dari 25 provinsi di Indonesia. Hasilnya, lebih dari separuh responden (52,2 persen) mengalami KBG selama pandemi dengan mayoritas korban merupakan perempuan (55 persen). Kemudian jenis kekerasan yang paling sering dialami adalah kekerasan verbal (79 persen) mulai dari caci maki, diremehkan, dipanggil dengan sebutan kasar, ancaman juga gaslighting (diberitahu bahwa yang dialami cuma bayangan saja). Selain itu ada yang mengalami kekerasan psikis (77 persen), kekerasan seksual (65 persen), kekerasan online (48 persen), kekerasan fisik (39 persen) dan kekerasan ekonomi (24 persen).

Dari survei terlihat sebanyak 22 persen responden merupakan korban ‘baru’ kekerasan di mana kekerasan baru terjadi selama pandemi.

Sedangkan mayoritas responden sudah pernah mengalami kekerasan sebelum pandemi. Angka 22 persen korban ‘baru’ ini jelas menunjukkan peningkatan. Pandemi pun membawa perubahan pada frekuensi maupun intensitas (tingkat keparahan) kekerasan. Sebanyak 24 persen responden melaporkan peningkatan kekerasan, sedangkan 44 persen melaporkan peningkatan intensitas kekerasan.

Sementara itu, rumah atau tempat tinggal jadi lokasi paling sering terjadi KBG. Sebanyak 56 persen responden mengaku mengalami kekerasan di rumah mereka masing-masing.

“Lebih dari separuh korban mengalami kekerasan di tempat tinggal, yang artinya kebanyakan korban mengenal pelaku kekerasan. Dan 38 persen mengatakan banyak mereka mengalami kekerasan lewat media sosial,” imbuh Yoane.

Dalam penelitian disebutkan, mayoritas responden mengenal pelaku (74 persen), bahkan pelaku kekerasan merupakan orang terdekat termasuk pasangan (27 persen).

Mencari pertolongan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *