Taliban Ancam Gantung Jurnalis di Alun-alun Kota



Jakarta, Indonesia —

Taliban mengancam akan menggantung seorang jurnalis di alun-alun kota jika jurnalis tersebut masih menulis cerita tentang pemukulan dan penggeledahan rumah yang dilakukan kelompok itu.

Beberapa jurnalis juga mengatakan otoritas lokal Taliban langsung menghubungi para jurnalis yang sebelumnya menulis cerita pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan kelompok itu.

Akibat ancaman ini, banyak media di Afghanistan menutup kantor mereka dan hanya menerbitkan artikel secara online karena takut akan balas dendam, dikutip dari The Independent.

Tak hanya itu, pemimpin redaksi di sebuah kantor media yang dikelola oleh perempuan mengatakan bahwa jurnalis mereka dipaksa untuk menggunakan nama palsu demi menutupi identitas mereka.

“Saya terbiasa memproduksi berita tentang tes keperawanan dan kekerasan terhadap perempuan, yang kini tak bisa lagi ditulis,” kata seorang jurnalis perempuan di Herat.

“Tidak ada program yang mengangkat masalah perempuan, khususnya di TV. Seluruh konten edukasi dan hiburan juga telah dihentikan,” tambahnya.

Pemerintah Taliban juga menghampiri media di Afghanistan untuk melarang media menggunakan kata ‘Taliban’ dan mulai menggunakan kata ‘Emirat Islam’ dalam pemberitaan mereka.

Bahkan, media lokal diminta mengganti istilah bom bunuh diri dengan kata syahid oleh pejabat intelijen di salah satu wilayah Afghanistan.

Tak hanya itu, salah satu pemimpin redaksi media lokal Afghanistan menceritakan banyak karyawannya yang berhenti karena takut akan Taliban.

“Akses informasi menjadi sangat sedikit,” ucapnya.

Direktur Human Rights Watch di Asia, Patricia Gossman mengatakan aturan Taliban yang baru terkait media menunjukkan upaya kelompok itu untuk membungkam kritik yang diberikan kepada mereka.

“Hilangnya ruang untuk perbedaan pendapat dan pembatasan yang semakin buruk untuk perempuan di media dan seni sangat menghancurkan,” tutur Gossman.

Mengutip The Guardian, wartawan dan aktivis Afghanistan telah mengecam pedoman keagamaan yang dibuat Taliban terkait konten di media. Pedoman itu membatasi peran perempuan di TV, mengingat kelompok itu tengah bergerak membatasi media.

Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban meminta media untuk tak lagi menampilkan drama dan opera yang diperankan oleh aktris. Taliban juga meminta media agar tidak memutar film atau program yang melawan nilai-nilai Islam atau Afghanistan.

Reporter perempuan di Afghanistan juga harus mengenakan jilbab di tempat kerja.

Taliban memang dikenal sering membatasi peran perempuan. Taliban melarang murid perempuan untuk bersekolah dan melakukan kekerasan kepada perempuan yang menuntut hak mereka kala demonstrasi.

(pwn/bac)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *