Cerita dan Kiat Raisa Hadapi Tantangan Antara Karier-Keluarga
Jakarta, Indonesia —
Perempuan yang berkarier kerap dipandang kurang memperhatikan keluarga. Sebaliknya, saat fokus pada keluarga, ia dianggap pengangguran, menyia-nyiakan gelar pendidikan atau sederet pandangan miring lainnya.
Hal ini pun dialami penyanyi Raisa kala memutuskan untuk berkeluarga tanpa meninggalkan kariernya.
“Mau itu dari orang terdekat, orang asing, [netizen], itu kicauan yang cukup konstan. Selentingan kayak ‘Oh hari ini [nyanyi ya], anaknya sama siapa?’. Ya pasti saya udah memikirkanlah anak sama siapa pas kerja, enggak usah itu ditanya lagi. Apa suami ditanya? Enggak. Itu double standard,” ujar Raisa dalam konferensi pers bersama Sunsilk Kilau Academy, Senin (22/11).
Ibu bekerja, lanjutnya, pasti melakukan segala cara sehingga antara pekerjaan dan keluarga terutama anak semua selaras. Menurut dia, seharusnya orang di sekeliling memberikan semangat sekaligus menenangkan bukan menambah rasa bersalah karena meninggalkan anak.
Ia merasa beruntung pekerjaan yang ia geluti adalah passion, hal yang dicintai. Bagaimana dengan ibu lain yang bekerja karena tuntutan situasi? Pelantun Apalah Arti Menunggu ini mengingatkan untuk lebih hati-hati dalam berkomentar.
Kemudian perlu ada dukungan dari pasangan. Sulit dibayangkan ibu bekerja harus menghadapi aneka stigma dan pulang ke rumah tanpa mendapat dukungan suami.
“Alhamdullilah suami dukung. Malah seneng [saya menyanyi], habis manggung, manggungnya bagus, habis rilis single. Aku happy, dia juga happy. Saya merasa happy mom is the best mom,” katanya.
“Saya happy-nya kerja, mengejar mimpi. Saya happy-nya ya nyanyi, berkarya yang kadang enggak bisa dilakukandi rumah. Kalau saya menyudahi itu semua, saya enggak happy, lalu menularkan negativitas ke keluarga.”
Siapapun ingin mewujudkan mimpi tak peduli ia perempuan atau laki-laki. Namun pada kaum Hawa, jalan mewujudkan mimpi ini kerap lebih ‘terjal’ daripada laki-laki.
Survei yang diinisiasi oleh Sunsilk tahun ini menemukan sebanyak 60 persen dari 286 perempuan merasa tantangan terbesar dalam meraih mimpi berasal dari faktor keluarga dan tuntutan masyarakat.
Kemudian survei lanjutan pada seribu perempuan menemukan 89 persen responden merasa ekspektasi masyarakat terhadap sosok perempuan telah mempengaruhi cara mereka membayangkan masa depan.
Lalu bagaimana menyiasati situasi serba ‘terjal’ dalam mewujudkan mimpi? Simak penuturannya di halaman berikut.
Jurus bertahan Raisa