Cerita Pemotor Perempuan Ikut Tes SIM: Prosedural hingga Kayak MotoGP


Jakarta, Indonesia —

Sebuah protes disampaikan lewat media sosial oleh seorang perempuan mengenai trek uji praktek pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) C viral pada pekan ini.

Perempuan itu menilai trek itu sangat rumit dan tidak masuk akal, sehingga jika berhadapan dengan ujian tersebut, ujungnya pasti akan gagal dan memilih ‘jalur pintas’.

Buat Kepolisian Republik Indonesia ya, ngapain sih bikin trek kayak begini? Modelnya nggak masuk di akal banget. Tolong ya, bikin trek yang masuk di akal. Apalagi buat emak-emak seperti kita-kita ini. Auto nggak bakalan lulus deh dan auto nembak,” ujarnya dalam sebuah video yang viral.

Protes soal uji SIM yang dilayangkan perempuan itu bukanlah yang kali pertama viral.

Sekitar dua bulan lalu, medio September 2021, pegiat antikorupsi Emerson Yuntho pun mengkritik proses pembuatan SIM yang berpotensi menimbulkan pungutan liar (pungli). Dalam surat terbuka kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) via akun media sosialnya, Yuntho menyindir bahkan legenda balap motor dunia, Valentino Rossi, dan pebalap Formula I Lewis Hamilton pun akan kesulitan mengikuti proses pembuatan SIM di Indonesia.

Kepolisian sudah menanggapi protes yang disampaikan, baik Yuntho dua bulan lalu atau perempuan yang viral baru-baru ini.  

Menanggapi perempuan yang viral, Kepala Sub Direktorat SIM Korlantas Polri Komisaris Besar Djati Utomo menanggapi itu dengan menyebut bila trek yang dimaksud sudah sesuai dengan standar yang ada dan mengikuti ketentuan.

“Iya betul (sesuai standar),” ujar Djati.

Menanggapi kritik viral yang mungkin awalnya hanya ‘obrolan warung kopi’, Indonesia.com pun berbincang dengan sejumlah pemotor perempuan.

Seorang karyawati di Tangerang, Anggraeni, memiliki pendapat yang tak jauh beda dengan pernyataan Djati. Ia menilai wajar apabila trek untuk uji praktik SIM C itu seperti yang ada saat ini.

“Menurutku sih enggak [susah] ya, masih wajar kok, memang seharusnya seperti itu. Pengalamanku sih aku bisa. Dan menurutku masih logis, oke lah, enggak terlalu susah,” ujarnya kepada Indonesia.com, Rabu (24/11).

Anggi, sapaan akrabnya, menceritakan dia berhasil mendapatkan SIM hanya dengan sekali mengikuti tes teori dan uji praktik. Saat itu, ia mengikuti acara pembuatan SIM massal yang diadakan oleh sekolahnya. Meski massal, ia mengaku mengikuti seluruh prosedur pembuatan SIM.

“Bayarnya normal, ngikutin prosedur juga, enggak nembak-lah ya. Jadinya cepat juga, kayaknya enggak sampai seminggu,” tambah Anggi.




Suara Arus Bawah, Trek Uji Praktik SIM CAnggraeni menyatakan SIM yang didapatkan dirinya lewat prosedur normal memakan waktu sekitar kurang sepekan. (Arsip Pribadi)

Namun, pengalaman berbeda didapatkan Rachmadanti. Ia mengaku berhasil mendapatkan SIM berkat bantuan kenalan ibunya.

Rachmadanti memutuskan meminta bantuan dari kenalan tersebut setelah melihat trek uji pratik SIM C dan merasa kesusahan. Meski belum mencoba, menurutnya trek tersebut terhitung sulit.

“Jadi sebelumnya tuh pengin tes langsung, tapi aku dibawa mamaku ke Samsat, diajak ke tempat tes praktiknya itu. Ngelihatin orang latihan, terus kaya udah [susah], oke enggak bisa,” tutur mahasiswa magister ini.

Tidak hanya karena trek yang sulit, Rachmadanti merasa larangan penggunaan motor pribadi saat tes juga ikut mempersulitnya. Sebab, ia merasa asing dan tidak biasa dengan kendaraan yang disediakan.

Untuk mendapatkan SIM C pada tahun 2016, Rachmadanti harus membayar Rp350.000. Proses pembuatannya pun menurutnya terhitung cepat, hanya membutuhkan waktu seminggu.

Baca halaman selanjutnya…




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *