Program Literasi di Pamekasan Dikritik karena Pakai Istilah ‘Sabu’



Pamekasan, Indonesia —

Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, dikritik sejumlah pihak karena memakai istilah ‘sabu’ dalam program literasi di bidang pendidikan.

Kritik itu dilontarkan karena istilah ‘sabu’ dinilai identik dengan salah satu jenis narkoba: sabu-sabu.

“Tidak terbesit [di benak pemkab] bagaimana dampak terhadap para murid karena dari kalimat ‘satu guru satu buku’ (sagu sabu) bisa mengingatkan atau mengenalkan murid dalam sebuah nama sabu-sabu,” kata pendiri Posko Perjuangan Masyarakat Pantura (P2MP) Nasir Abdillah, Minggu (28/11).

Nasir meminta pemerintah daerah agar hati-hati dalam memberi sebuah istilah. Sebab meski terlihat biasa-biasa saja bukan tidak mungkin nama yang selalu diingat secara berulang oleh masyarakat bisa mengantarkan sebuah rasa penasaran. Sementara sabu yang diketahui masyarakat adalah barang haram yang dapat merusak moral.

“Kami selaku masyarakat sangat resah dan gelisah dengan kata sabu, jadi jangan pakai nama itu kalau hanya mau dibuat Wah,” ujarnya.

Sebagai informasi, program Sagu Sabu (Satu Guru Satu Buku) diluncurkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pamekasan bertepatan pada Hari Guru Nasional, 25 November 2021 lalu. Program itu bertujuan memberi semangat kepada para guru atar terus meningkatkan daya literasi, hingga bisa menerbitkan sebuah buku. 

Sebelumnya Bupati Pamekasan Baddrut Tamam menargetkan Pamekasan bisa menjadi kabupaten literasi. Hal tersebut tentu membutuhkan gerakan bersama untuk bisa mewujudkan.

“Semangat literasi itu harus diciptakan, karena menulis itu bukan pekerjaan sederhana. Harus fokus sesuai dengan apa yang mau ditulis,” kata Bupati yang akrab disapa Mas Tamam itu.

Selain itu Tamam meminta guru aparatur sipil negara (ASN) atau non ASN untuk tidak main-main dengan pendidikan. Kata dia barang siapa yang bermain-main dengan pendidikan akan berdampak di kemudian hari. Tidak hanya untuk perjalanan pendidikan itu sendiri, tetapi bagi perjalanan bangsa dan negara.

“Bukan soal ilmu pengetahuan saja yang ingin kita transformasikan, tetapi nilai, attitude, akhlakul karimah, prilaku, watak dan sumber-sumber lain yang juga harus ditransformasikan oleh guru,” ujarnya.

(nrs/kid)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *