Peneliti Ungkap Lokasi dan Bukti Benua Tertua di Bumi



Jakarta, Indonesia —

Penelitian terbaru dari batuan purba menemukan bahwa benua pertama di planet Bumi muncul dari lautan ratusan juta tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Analisis sedimen dari Singhbhum, sebuah wilayah dekat Kolkata di India menunjukkan bahwa kerak benua stabil tertua yang dikenal sebagai cratons, mulai muncul di atas permukaan laut antara 3,3 hingga 3,2 miliar tahun yang lalu.

Hal tersebut memberikan perkiraan baru yang sebelumnya berbagai penelitian memperkirakan bahwa kemunculan cratons pertama dalam skala besar terjadi sekitar 2,5 miliar tahun lalu.

Dr Priyadarshi Chowdhury dari Monash University yang merupakan penulis utama studi tersebut, mengatakan tim menyadari bahwa batuan secara pasti terbentuk di darat karena adanya fitur seperti tanda riak yang mirip dengan cara angin dan ombak meninggalkan bekas di pantai berpasir.

“Kami menyadari ini adalah [batuan] sungai kuno, terbentuk di sungai dan muara,” katanya.

Untuk dapat memperkirakan usia dari batuan, tim peneliti mengekstrak butiran kecil mineral yang dikenal sebagai zirkon dari sedimen batuan di Singhbhum.

Tim kemudian menembak kristal dengan laser untuk mengungkapkan komposisi kimia nya menggunakan teknik yang disebut spektrometri massa.

Uranium meluruh menjadi timah pada tingkat yang konstan, sehingga dengan memeriksa rasio uranium terhadap timah dalam setiap sampel, tim dapat menentukan usia batuan.

Dilansir dari Live Science, dari metode tersebut para peneliti memperkirakan seluruh cratons tersingkap sekitar 3,2 miliar hingga 3,3 miliar tahun yang lalu.

Dalam Studi yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) itu, Chowdhury mengatakan benua pertama kemungkinan terbentuk sebelum keberadaan lempeng tektonik, yang saat ini merupakan pendorong utama dari peningkatan ketinggian daratan.

“Kami memiliki lempeng tektonik hari ini untuk mengontrol ketinggian. Ketika [lempeng] dua benua bertabrakan, akan membentuk Himalaya, membentuk Pegunungan Alpen, itu bukan kasus yang terjadi 3 miliar tahun [yang lalu],” katanya seperti dikutip dari The Guardian.

Cratons lain yang mengandung batuan sedimen dengan usia yang sama dengan cratons Singhbhum di India, adalah cratons Kaapvaal di Afrika Selatan dan cratons Pilbara di Australia.

Berdasarkan studi baru tersebut, ada kemungkinan bahwa cratons ini juga muncul lebih dari 3 miliar tahun yang lalu.

Para ilmuwan memiliki hipotesis bahwa benua paling awal muncul dari lautan yang menutupi bumi setelah 300 hingga 400 juta tahun aktivitas vulkanik yang berlangsung secara terus menerus.

Chowdhury mengatakan cratons Singhbhum mungkin telah terbentuk dari tumpukan lava yang mengendap dari waktu ke waktu, sehingga kerak yang berukuran sekitar 50 kilometer menjadi sangat tebal dan mengapung di atas air layaknya gunung es yang juga mengapung di atas air.

Lebih lanjut, para peneliti percaya pelapukan cratons akan menyebabkan limpasan nutrisi yang memasok laut dengan fosfor dan material lainnya untuk kehidupan awal Bumi.

“Begitu Anda menciptakan daratan, Anda juga menciptakan laut dangkal, seperti laguna,” ujar Chowdhury.

Menurutnya hal tersebut mempercepat pertumbuhan kehidupan penghasil oksigen yang mungkin telah meningkatkan oksigen di atmosfer dan laut.

Munculnya benua awal juga akan menarik karbon dioksida turun dari atmosfer, yang mengarah ke kantong-kantong lokal iklim dingin dan membentuk gletser.
Chowdhury menyebut hal itu merupakan langkah pertama untuk membuat bumi lebih layak huni.

(mrh)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *